2.1.
Skizofrenia
2.1.1.
DEFINISI
Skizofrenia
adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada
kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang
abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial (DSM-IV-TR, 2008)
Skizofrenia
adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang
tidak dapat diterima secara sosial (Durand dan Barlow, 2007)
Skizofrenia
adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu
salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan
yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan panca indera) (Arif,
2006).
Dari beberapa definisi
di atas, penulis menyimpulkan bahwa Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius
yang bersifat psikosis sehingga penderita kehilangan kontak dengan kenyataan
dan mempengaruhi berbagai fungsi individu, seperti afeksi dan kognitif.
2.1.2. JENIS-JENIS SKIZOFRENIA
Terdapat berbagai
macam skizofrenia, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Paranoid
Jenis skizofrenia ini agak berbeda
dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai
sesudah umur 30 tahun, penderita mudah tersinggung, cemas, suka menyendiri,
agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Hal ini dilakukan penderita
karena adanya waham kebesaran dan atau waham kejar ataupun tema lainnya
disertai juga dengan halusinasi yang berkaitan.
2. Jenis hebrefenik
Yaitu jenis skizofrenia
yang permulannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauan dan adanya depersonalisasi.
3. Jenis katatonik
Yaitu jenis skizofrenia
yang timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, biasanya akut serta
didahului oleh stres emosional. Skizofrenia jenis ini melibatkan aspek
psikomotorik. Skizofrenia jenis katatonik terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Stupor Katatonik,
merupakan gangguan di mana penderita
tidak menunjukkan perhatian sama sekali pada lingkungan. Gejala yang
muncul di antaranya adalah mutisme (kadang-kadang mata tertutup) dan muka tanpa
mimik
b. Gaduh Gelisah Katatonik,
merupakan skizofrenia jenis katatonik di mana terdapat hiperaktivitas, tetapi
tidak disertai dengan emosi dan rangsangan dari luar.
4. Skizofrenia tak terinci
(undifferentiated)
5. Depresi
pasca-skizofrenia
6. Skizofrenia Residual
Yaitu jenis skizofrenia dengan
gejala mengalami gangguan proses berpikir, gangguan afek dan emosi, ganguan
emosi serta gangguan psikomotor. Namun, tidak ada gejala waham dan halusinasi.
Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.
7. Skizofrenia simplex
Yaitu skizofrenia yang
sering timbul pertama kali pada masa pubertas (pada beberapa kasus). Gejala
utamanya adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses
berpikir biasanya ditemukan, waham dan halusinasinya jarang sekali ada.
8. Skizofrenia Lainnya
9. Skizofrenia YTT
10. Jenis Skizo-Afektif
Yaitu jenis skizofrenia yang selain
gejala-gejalanya yang menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi atau
gejala-gejala mania menyertai. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek tetapi mungkin juga seringkali timbul lagi.
2.1.3.
SEBAB-SEBAB
(BIOPSIKOSOSIALSPIRITUAL)
Ada beberapa teori yang mungkin
bisa menjelaskan penyebab skizofrenia. Adapun teori-teori tersebut seperti
tersebut di bawah ini:
1. Teori
Neurotransmitter
Di dalam otak manusia terdapat
berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi atau zat kimia yang bertugas
menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa neurotransmitter yang diduga
berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di antaranya yang paling jelas
adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin. Berdasarkan penelitian, pada
pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan peningkatan kadar dopamine dan
serotonin di otak secara relatif.
Menurut Mesholam Gately et.al dalam
jurnal Neurocognition in First-Episode
Schizophrenia: A Meta Analytic Review (2009), gangguan neurokognisi adalah
fitur utama pada episode pertama penderita skizofrenia. Gangguan tersebut
membuat sistem kognisi tidak dapat bekerja seperti kondisi normal.
2. Teori
Genetik
Diduga faktor genetik juga
berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Walaupun demikian, terbukti dari
penelitian bahwa skizofrenia tidak diturunkan secara hukum Mendeell (jika orang
tua skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia juga).
Sampai saat ini, belum ada hal yang
pasti mengenai penyebab skizopfrenia. Namun demikian peneliti-peneliti meyakini
bahwa interaksi antara genetika dan lingkungan yang menyebabkan skizofrenia.
Penelitian lain
dari Clarke et al yang berjudul Evidence
for an Interaction Between Familial Liability and Prenatal Exposure to
Infection in the Causation of Schizophrenia (2009), menyebutkan bahwa
Komplikasi kelahiran dan keluarga yang memiliki resiko psikotik terbukti
menyebabkan skizofrenia dengan persentase resiko 38% - 46%.
3. Predisposisi
Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai
hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan
dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti
paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi
umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan
kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%,
satu orang tua 12 %
4. Abnormalitas
Perkembangan Syaraf
Penelitian menunjukkan bahwa malformasi
janin minor yang terjadi pada awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir
dari skizofrenia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan
diidentifikasi sebagai resiko yang terus bertambah, meliputi individu yang
ibunya terserang influenza pada trimester kedua, individu yang mengalami trauma
atau cedera pada waktu dilahirkan, dan penganiayaan atau trauma di masa bayi
atau masa anak-anak.
5. Abnormalitas
Struktur dan aktivitas Otak
Pada beberapa subkelompok penderita
skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT, MRI, dan PET) telah menujukkan adanya
abnormalitas pada struktur otak yang meliputi pembesaran ventrikel, penurunan
aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal penurunan aktivitas
metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri. Ahli neurologis juga
menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia. Pada para penderita
skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai penukar
informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak aktif
dibanding orang normal.
6. Ketidakseimbangan
Neurokimia (neurotransmitter)
Skizofrenia memiliki basis
biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes. Penyakit ini muncul
karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni salah satu sel kimia
dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel saraf yang
disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.
Penelitian terbaru bahkan
menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan GABA juga berperan dalam
menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace, pimpinan eksekutif
yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di dalam otak terdapat
miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan
maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan sel tersebut
melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan dari
ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak
penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi.
Halusinasi selalu terjadi saat
rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespons
pesan atau rangsangan yang datang. Penderita skizofrenia mungkin mendengar
suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami
suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu
penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya.
Kadang suara itu dirasakan
menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya
melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri. Gejala lain adalah
menyesatkan pikiran atau delusi, yakni kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya,
pada penderita skizofrenia, lampu lalu lintas di jalan raya yang berwarna merah
kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa.
7. Proses
Psikososial dan Lingkungan
Proses psikososial dan lingkungan
juga sangat berpengaruh untuk menyebabkan skizofrenia. Setiap orang pada
umumnya memiliki kecenderungan untuk skizofrenia 1%. Pada individu yang memiliki hubungan dekat
dengan seseorang yang terjangkit skizofrenia, kecenderungannya sekitar 10%.
Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang mendukung asosial, kemungkinan
seseorang untuk mengidap skizofrenia tinggi. Namun bila seseorang hidup dalam
lingkungan yang terbuka, walaupun secara genetik dia memiliki kecenderungan
skizofrenia, hal itu bisa diminimalisisr bahkan dihilangkan.
2.1.4.
GEJALA
Ada
banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh berbagai
sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR,
gejala khas skizofrenia berupa adanya:
1.
Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa
dikoreksi yang tidak sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan
budaya pasien atau masyarakat umum)
2.
Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar)
3.
Pembicaraan kacau
4.
Perilaku kacau
5.
Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan
mengekspresikan emosi, kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM
IV-TR (2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling
sedikit 6 bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi
medis, dan bila ada riwayat Autistic
Disorder atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis
skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol
selama paling tidak 1 bulan.
2.1.5.
PEDOMAN
DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu
gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umumnya mengetahuinya.
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara
halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .
- Mendiskusikan
perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara
atau
- Jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau
dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala
dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari
panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun
yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai
oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus
(break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia
atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti
keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap
apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adanya gejala-gejala khas
tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa
aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Perjalanan Gangguan Skizofrenik
dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0
Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik
dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak
sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan
kurang dari satu tahun.
F.20 Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
- Sebagai
tambahan :
* Halusinasi dan/ waham arus
menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual ,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion
of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata / tidak menonjol.
Diagnosa Banding :
- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
- Keadaan paranoid involusional (F22.8)
- Paranoid (F22.0)
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini
- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang
benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan
perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal
(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling)
atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed
smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces),
manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI
dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan
proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu
(rambling) dan inkoherens
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol )
fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan
aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang
dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.
F20.3 Skizofrenia Tak terinci
(undifferentiated )
Pedoman diagnostik :
(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia
(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,
katatonik.’
(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skiszofrenia
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan
, persyaratan berikut harus di penuhi semua:
(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non
verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,
depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif
tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman diagnostik
- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1)
gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai
dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.
- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type
skisofrenia lainnya.
2.1.6.
TERAPI
1.
Terapi
Biologis/Medis
Obat
bagi penderita skizofrenia biasa disebut neuroleptics
(berarti mengendalikan syaraf). Jika efektif, obat ini mampu membantu orang
untuk berpikir lebih jernih dan mengurangi delusi atau halusinasi. Obat ini
bekerja dengan cara mempengaruhi gejala positif (delusi, halusinasi, agitasi).
Dalam kadar yang lebih rendah, obat ini dapat mempengaruhi gejala-gejala
negatif dan disorganisasi. Fungsi neuroleptics
adalah antagonis dopamin. Seperti diketahui bahwa jumlah dopamine yang
berlebihan menjadi pemicu munculnya skizofrenia.
Penelitian
dalam Journal of Psychiatry
menyebutkan bahwa penggunaan milnacipran mampu menghambat afek negative
skizofrenia seperti avolisi, alogia, dan asocial. Kasus ini terjadi pada
penderita skizofrenia berusia 37 tahun yang dirawat di rumah sakit jiwa (Hoaki
et al, 2009)
2.
Terapi
Keluarga
Selain terapi obat, psikoterapi keluarga adalah aspek penting
dalam pengobatan. Pada umumnya, tujuan psikoterapi adalah untuk membangun
hubungan kolaborasi antara pasien, keluarga, dan dokter atau psikolog. Melalui
psikoterapi ini, maka pasien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan lingkunganya. Keluarga dan teman merupakan
pihak yang juga sangat berperan membantu pasien dalam bersosialisasi. Dalam
kasus skizofrenia akut, pasien harus mendapat terapi khusus dari rumah sakit.
Kalau perlu, ia harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk beberapa lama
sehingga dokter dapat melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan keamanan
penderita.
3. Terapi Psikososial
Salah
satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatif pada kemampuan orang untuk
berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan delusi,
masalah ini dapat menimbulkan konflik dalam hubungan sosial. Para klinisi
berusaha mengajarkan kembali berbagai keterampilan sosial seperti keterampilan
percakapan dasar, asertivitas, dan cara membangun hubungan pada penderita
skizofrenia. Klien juga diberikan terapi okupasi sebagai bagian untuk membantu
mereka melaksanakan tugas sederhana dalam kehidupan sehari-hari (Smith,
Bellack, dan Liberman, 1996; Durand dan Barlow, 2007)
2.2.
Gangguan Sikzotipal
2.2.1.
Pengertian
Skizopital
adalah gangguan kepribadian dengan berkurangnya kemampuan untuk melaksanakan
hubungan interpersonaldistorsi kognitif sehingga mengakibatkan keanehan
berbicara, berperilaku dan berpenampilan.
Individu dengan gangguan kepribadian
skizotipal hampir selalu bermasalah dengan orang lain dan bersikap tidak ramah
kepada siapapun. Kebanyakan dari individu dengan gangguan kepribadian ini hidup
dalam kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya.
Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal akan
terus berkembang dalam diri individu itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan
perilaku yang aneh, respon yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan
sifat-sifat yang tidak lazim.
Kemunculan gangguan kepribadian
skizotipal dimulai pada awal memasuki masa dewasa dan terus berkembang
sepanjang masa hidupnya. Seperti gangguan kepribadian lainnya, gangguan
kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak tepat pada
masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh kesulitan
dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres.
Diantara individu yang mengalami
gangguan kepribadian skizotipal diantara mengalami gangguan dan kesulitan dalam
memori, belajar dan perhatian (konsentrasi). Beberapa gejala kemunculan
gangguan tidak diikuti gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi, beda
halnya pada gangguan skizofrenia yang disertai gejala psikotik secara
keseluruhan dan intens. Gangguan
ini berjalan secara kronis dengan intensitas yang fluktuatif, kadang-kadang
berkembang menjadi skizofrenia.
2.2.2.
Faktor Penyebab
Seperti jenis gangguan kepribadian
lainnya, kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal
kanak-kanak, berkisar antara tahun pertama dan kedua masa perkembangan.
Kurangnya perhatian terutama pengenalan emosi, meskipun anak itu tumbuh secara
sehat. Kurangnya stimulasi sosial dari orangtua anak akan belajar menghindari
dengan sendirinya dan tidak mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.
Pada masa perkembangan, anak akan
melewati beberapa tahap-tahap kesiapan sosial dan belajar menempatkan ekspresi
emosi secara tepat (interaksi interpersonal) dengan orang lain. Anak yang
mengalami gangguan skizotipal akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi,
mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis, tidak dapat melepaskan diri
atau berpikir hal-hal yang berkenaan dengan magis, dan bahkan paranoid.
Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang membentengi dirinya dari rasa curiga
ketika digoda (diganggu) atau ketika mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.
Beberapa ahli memperkirakan
anak-anak rentan (child abusive), anak yang mengalami penolakan diri dari
lingkungan sekitar, atau stres yang mengakibatkan disfungsi otak tumbuh
mengarah pada kemunculan gejala gangguan skizotipal. Faktor genetik dan
lingkungan ikut membantu berkembangnya gangguan ini dikemudian hari.
Keluarga, faktor keturunan keluarga
(orangtua) yang memiliki gejala skizofrenia dapat menjadi suatu kondisi adanya
gangguan skizotipal pada anak, faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang
memberi kontribusi gangguan kepribadian ini adalah kekerasan dan penolakan
terhadap anak.
2.2.3. Manifestasi klinis
Individu dengan gangguan kepribadian
skizotipal hampir selalu berbicara tidak teratur ketika ia hendak membicarakan
suatu hal dan memandang sekelilingnya secara ekstrim. Kadang mereka juga
mempercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan supranatural, indera ke enam atau
kekuatan magis lainnya yang dapat mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi orang
lain.
Kemunculan kepribadian skizotipal di
masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa sebelumnya (anak-anak) dimana individu
hidup dalam kesendirian tanpa orangtua atau anggota keluarga yang mendampingi,
kehidupan sosial yang penuh kecemasan juga dapat menimbulkan gangguan ini.
Beberapa simtom gangguan kepribadian
skizotipal;
- Pemahaman yang tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu beranggapan bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya atau orang lain
- Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.
- Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal
- Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya
- Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh
- Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
- Minim respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya
- Sedikit mempunyai teman akrab
- Pemahaman yang tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu beranggapan bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya atau orang lain
- Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.
- Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal
- Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya
- Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh
- Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
- Minim respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya
- Sedikit mempunyai teman akrab
2.2.4.
Pedoman
Diagnostik Gangguan Skizotipal
Terdapat tiga atau lebih gejala khas tersebut
di bawah ini secara terus menerus atau episodik, dan paling sedikit dua tahun
lamanya.
1. Ekspresi afektif tak wajar/ menyempit/”constricted” (individu tampak dingin dan tak bersahabat)
2. Perilaku atau penampakan yang aneh, eksentrik atau ganjil.
3. Hubungan sosial yang buruk dan tendensi menarik diri.
4. Kepercayaan yang aneh atau pikiran yang magis.
5. Kecurigaan atau ide paranoid.
6. Pikiran obsesif yang sering dengan isi yang bersifat dismorfofobik, seksual, atau agresif.
7. Persepsi yang tak lazim, termasuk mengenai tubuh atau ilusi-ilusi lainnya, depersonalisasi, atau derealisasi.
8. Pemikiran yang samar-samar, sirkumstansial, penuh kiasan, sangat terinci dan ruwet, atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh tetapi tanpa inkoheren yang nyata.
9. Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya, dan gagasan mirip waham, biasanya tanpa provokasi dari luar.
1. Ekspresi afektif tak wajar/ menyempit/”constricted” (individu tampak dingin dan tak bersahabat)
2. Perilaku atau penampakan yang aneh, eksentrik atau ganjil.
3. Hubungan sosial yang buruk dan tendensi menarik diri.
4. Kepercayaan yang aneh atau pikiran yang magis.
5. Kecurigaan atau ide paranoid.
6. Pikiran obsesif yang sering dengan isi yang bersifat dismorfofobik, seksual, atau agresif.
7. Persepsi yang tak lazim, termasuk mengenai tubuh atau ilusi-ilusi lainnya, depersonalisasi, atau derealisasi.
8. Pemikiran yang samar-samar, sirkumstansial, penuh kiasan, sangat terinci dan ruwet, atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh tetapi tanpa inkoheren yang nyata.
9. Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya, dan gagasan mirip waham, biasanya tanpa provokasi dari luar.
Individu
harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun
Suatu
riwayatsikzofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekatmemebrikan bobot
tambahan utuk didiagnosis ini, tapi bukan merupakan suatu persyaratan.
Termasuk:
ü sikzofrenia
amabang
ü Sikzofrenia
laten
ü Sikzofrenia
peusedonerotik
ü Gangguan
kepribadian sikzotipal
2.2.5. Pengobatan Gangguan Kepribadian
Skizotipal
Kesulitan yang dihadapi para ahli terapi
sama dengan penanganan penderita Gangguan Kepribadian Paranoid dan Gangguan
Kepribadian Skizoid.
Terapi yang dilakukan yaitu dengan membantu penderita untuk me-reconnect dengan mengamati kekuatan dan keterbatasan proses berpikirnya. Sedangkan obat antipsikotik dapat membantu penderita mengurangi masalah gangguan proses berpikirnya.
Terapi yang dilakukan yaitu dengan membantu penderita untuk me-reconnect dengan mengamati kekuatan dan keterbatasan proses berpikirnya. Sedangkan obat antipsikotik dapat membantu penderita mengurangi masalah gangguan proses berpikirnya.
·
Medikasi
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian ini, dokter menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila individu tersebut juga mengalami gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir.
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian ini, dokter menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila individu tersebut juga mengalami gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir.
·
Psikoterapi
Behavioral therapy
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara ketika berhadapan dengan orang lain.
Cognitive therapy
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiran-pikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak dari situasi interpersonal.
Family therapy
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi ini juga dapat meningkatkan moral dalam keluarga.
Behavioral therapy
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara ketika berhadapan dengan orang lain.
Cognitive therapy
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiran-pikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak dari situasi interpersonal.
Family therapy
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi ini juga dapat meningkatkan moral dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Healt
Infoku,http://appinet.blogspot.com/2010_05_01_archive.html, 23 Oktober 2012
18.20
Masli,
Rusdi, Dr.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
Yosep, Iyus,S.Kp.,Msi.2009.Keperawatan Jiwa.Bandung:
Refika Aditama
Seminar Skizofrenia komplit
Posting Komentar