BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di
dunia ini terdapat banyak jenis mikroba, ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan (parasit). Mikroba yang menguntungkan misalnya sering digunakan dalam
pembuatan makanan, kosmetik dan obat. Sedangkan mikroba merugikan biasanya
dapat menimbulkan penyakit bahkan dapat menimbulkan kematian. Penyakit yang
ditimbulkan oleh mikroba biasanya sering diobati dengan obat-obat yang berasal
dari jenis-jenis miroba tertentu.
1.2.
Pembatasan
Masalah
Dalam penyusunan
maklah ini, penyusun membatasi masalah yang akan dibahas yaitu mengenai
antimikroba, TBC dan antilepra.
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
fisiologi II. Selain itu dengan disusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya bagi penyusun dan umumya bagi pambaca.
1.4.
Metode
Pengumpulan Data
Adapun metode
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka dan
penelusuran dalam situs internet.
BAB
II
Pembahasan
2.1. Antimikroba
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi
mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotika berasal dari bahasa
latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi
mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotic
adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat
menghambat atau dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik pertama kali
ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun
1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun
1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat
dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain
diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan
sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat
secara sintetis, atau semi sintetis.
Obat
yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia,
ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya obat tersebut
haruslah bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik untuk
hospes.
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam
satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari
campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya,
aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU).
Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan
untuk mempercepat pertumbuhan ayam negeri potong.
2.1.1. Aktifitas dan sprektum antimikroba
Berdasarkan
sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba ( aktivitas Bakteriostatik) dan ada yang bersifat membunuh mikroba
(aktvitas bakterisid). Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai kadar hambatan
minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
2.1.2. Penggolongan
antibiotik berdasar aktivitasnya
Berdasarkan
luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap
satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram
negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap
bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram
negatif saja)
2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat
terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram
negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.
2.1.3. Mekanisme kerja antimikroba
Berdasarkan mekanisme
kerjanya anti mikroba di bagi dalam lima kelompok:
1. Yang mengganggu metabolisme sel mikroba.
2. Yang menghambat dingding sel mikroba.
3. Yang megganggu permeabilitas membran sel mikroba.
4. Yang menghabat sintesis protein sel mikroba.
5.
Yang
menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
2.1.4. Kelompok
antibiotika
Antibiotika
yang akan dibicarakan adalah:
1.
Golongan Penisilin
2.
Golongan Sefalosforin
3.
Golongan Aminoglikosida
4.
Golongan Kloramfenikol
5.
Golongan Tetrasiklin
6.
Golongan Makrolida
7.
Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8.
Golongan Lain - Lain
Spesialite :
1. Golongan Penicillin
(golongan beta laktam)
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Benzyl
Penicillin
|
Procaine
Penicillin-G
|
Vial 20 ml : 3.000.000 unit |
Meiji
|
2.
|
Penisilin V
(
Phenoxymethyl Penicillin )
|
Fenocin
Ospen
|
125 mg /
tablet
250 mg /
tablet,
250 mg /
5mlsyr.
|
Dumex Alph.
Biochemie / KF
|
3.
|
Ampisilin
|
Penbritin
Kalpicillin
Omnipen
|
100mg;250
mg;500 mg;
1g/ vial
250 mg, 500 mg
/ kapsul
125mg/5mlsyr.,250ml/5ml
syr.Forte,125mg/ tab.ped.
500 mg /
kaplet ;
250 mg, 500
mg, 1 g/vial
250 mg, 500 mg
/ kapsul ;
250 mg / 5ml
syr. Forte
|
Beecham
Kalbe Farma
Wyeth
|
3.
|
Ampisilin
|
Viccillin
|
250 mg, 500
mg, 1g / vial ;
250 mg, 500
mg/ kapsul ;
125 mg / 5ml
syr.;
250 mg / 5ml
syr. forte
|
Meiji
|
4.
|
Amoksisilin
|
Amoxil
|
250
mg,500mg/kapsul ;
250 mg,
1g/tablet; 125mg/5ml syr.;
250 mg/5mlsyr
Forte ;
125 mg/1,25 ml
drops;
500 mg, 1 g /
vial injeksi
|
Beecham
|
|
|
Topcillin
Ospamox
|
250mg/kapsul;
500mg,1g
kaplet;
125 mg / 5ml
syr.
250mg/5mlsyr.
Forte
125 mg, 250 mg
/ 5ml syr.;
100mg/mldrops;
250mg/kapsul;
500 mg, 750
mg, 1g/ tablet
|
Dankos
Biochemie
|
5.
|
Co-amoxyclav
(Amoksisilin + As.clavulanat )
|
Augmentin
Clavamox
|
Per tablet :
Amoxycillin
250mg(500mg)
As.clavulanat
125mg(125mg)
Tiap 5ml syr./
syrop forte :
Amoxycillin
250mg(500mg)
As.clavulanat
31,25mg
(62,5 mg )
Tiap vial
injeksi :
Amoxycillin
500mg(1g)
As.clavulanat
100mg(200mg)
|
Beecham
Kalbe Farma
|
6.
|
Sultamicillin
( Ampicillin + Sulbactam )
|
Unasyn
|
Per tablet :
Ampicillin 220
mg
sulbaktam 147
mg
|
Pfizer
|
7.
|
Kloksasilin
|
Ikaclox
Meixam
|
250 mg, 500 mg
/ kapsul
125mg/5mlsyr.;
250mg,500mg/vial
250 mg, 500 mg
/ kapsul
250 mg, 500
mg, 1g / vial
|
Ika Pharmindo
Meiji
|
2. Golongan Sefalosporin (golongan beta laktam)
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Sefadroksil
|
Duricef
Cefat
|
125mg/ 5ml
suspensi;
250 mg / 5ml
susp. Forte;
250 mg, 500mg
/ kapsul
1g / kaplet
250 mg, 500 mg
/ kapsul
|
Bristol -
Myers Squib
Sanbe Farma
|
2.
|
Sefotaksim
|
Claforan
|
0,5g, 1g, 2g /
vial
|
Hoechst
|
3.
|
Sefaleksin
|
Tepaxin
|
250 mg /
kapsul
|
Takeda
|
4
|
Sefriakson
|
Rocephin
|
250 mg, 500
mg, 1g / vial
|
Roche
|
5.
|
Sefradin
|
Velosef
|
250 mg, 500 mg
/ kapsul;
1000 mg /
tablet;
500mg, 1g /
vial ;
125 mg / 5 ml
suspensi ;
25 0 mg / 5 ml
susp.forte
|
Bristol-Myers
Squib
|
6.
|
Sefuroksim
|
Zinnat
|
1g / vial
|
Glaxo-Wellcome
|
3. Golongan Aminoglikosida
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Gentamisin
Sulfat
|
Garamycin
|
20mg, 80mg,
120 mg / vial 2 ml
60mg/1,5 ml
ampul
|
Schering
|
2.
|
Amikasin
|
Amikin
|
200mg, 500mg,
1g / vial
|
B-M-S
|
3.
|
Kanamisin
Sulfat
|
Kanamycin
Meiji
|
500mg, 1g, 2g
/ vial
250 mg /
kapsul
|
Meiji
|
4.
|
Neomisin
Sulfat
|
Neobiotic
|
250 mg /
tablet
|
Bernofarm
|
5.
|
Streptomosin
|
Streptomycin
Meiji
|
1g, 1,5g, 5g /
vial
|
Meiji
|
6.
|
Framisetin
|
Sofra-Tulle
Daryant-Tulle
|
Kassa pembalut
steril
|
Darya Varia
|
4. Golongan Kloramfenikol
NO.
|
NAMA GENERIK
& LATIN
|
NAMA DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Kloramfenikol
|
Colme
Chloramex
Enkacetyn
Kalmicetin
|
250 mg /kapsul
125 mg / 5 ml syr.
|
Interbat
Dumex Alpharma
Kimia Farma
Kalbe Farma
|
2.
|
Tiamfenikol
|
Urfamycin
Thiamycin
Thiambiotic
|
250 mg, 500 mg / kapsul
100 mg / 5 ml syrup
|
Zambon
Interbat
Prafa
|
5. Golongan Tetrasiklin
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Tetrasiklin
|
Dumocycline
Supertetra
Tetrin
|
250 mg /
kapsul
|
Dumex Alph.
Darya-Varia
Interbat
|
2.
|
Doksisiklin
|
Vibramycin
Dumoxin
|
50 mg, 100
mg/kapsul
100mg, 150 mg
/ tablet
|
Pfizer
Dumex Alph.
|
3.
|
Minosiklin HCl
|
Minocin
|
50mg, 100 mg /
kapsul
50 mg / 5ml
syr.
|
Lederle
|
4.
|
Oksitetrasiklin
HCl
|
Oxytetracycline
Indo Farma
Terramycin
|
Salep Mata
Kapsul 250 mg,
vial
|
Indo Farma
Pfizer
|
6. Golongan Makrolida
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Eritromisin
|
Erythrocin
Kalthrocin
Pharothrocin
|
250 mg /
kapsul;
250 mg
(500mg)/tablet(forte)
200 mg /
tablet kunyah;
200mg/ 5ml
suspensi
250 mg / 5ml
susp.forte
100 mg/ 2,5ml
drops
|
Abbot
Kalbe Farma
Pharos
|
2.
|
Spiramisin
|
Rovamycin
Spiradan
|
500 mg /
tablet
250 mg /
tablet pediatric
125 mg / 5 ml
syr.
|
Rhone P.
Dankos
|
3.
|
Roxithromycin
|
Rulid
|
150 mg, 300 mg
/ tablet
100 mg /
tablet pediatric
|
Hoechst
|
4
|
Azithromycin
|
Zithromax
Zycin
|
250 mg, 500 mg
/tablet
200 mg / 5 ml
suspensi
250 mg /
kapsul
|
Pfizer
Interbat
|
7. Golongan Quinolon
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Ciprofloxacin
|
Ciproxin
Baquinor
|
100mg/50ml,
1200mg/100ml
/ infus i.v.
100mg, 250mg,
500mg, 750mg / tablet
250mg(500mg)/tab.
(forte)
|
Bayer
Sanbe Farma
|
2.
|
Nalidixic Acid
|
Negram
|
500 mg /
tablet
|
Sanofi
|
3.
|
Ofloxacin
|
Tarivid
|
200 mg, 400 mg
/ tablet
2 mg / ml vial
|
Kalbe /
Daiichi
|
8. Golongan Lain - Lain
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Klindamisin
Hidroklorida
|
Dalacin C
Niladacin
Lando
|
150 mg, 300mg
/ kapsul;
75 mg / 5 ml
granul;
150 mg / 2 ml
ampul
|
Up John
Nicholas
Pyridam
|
2.
|
Kolistin
Sulfat
|
Colistine
|
250.000 IU,
1.500.000 IU/ tablet
|
Dumex Alpharma
|
3.
|
Metronidazol
|
Elyzol
Flagyl i.v
Nidazole
|
500 mg /
tablet
5 mg / ml
infusa
|
Dumex
Rhone Povlenc
Kalbe Farma
|
4.
|
Lincomycin
|
Lincocin
|
250 mg, 500mg
/ kapsul
250 mg / 5ml
syr.
300 mg / ml
vial
|
Up John
|
5.
|
Tinidazole
|
Fasigyn
Flatin
|
500 mg /
tablet
|
Pfizer
Prafa
|
6.
|
Rifampicin
|
Kalrifam
|
150mg, 300mg,
450mg, 600 mg / kapsul
|
Kalbe Farma
|
2.1.5. Efek samping
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis
yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya
lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak
obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang
berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan
maka ada kemungkinan terjadi reaksi
hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan,
bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan
Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan
antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).
2.
Resistensi
Jika
obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama,
maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka
lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan
menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan
kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu
infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab
infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama
terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu
keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang
lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan
infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida
albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu
kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra
infeksi. Khususnya,anak-anak dan
orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.
2.2. Anti Tuberkulosis
(TBC)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis. Kuman TBC pertama kali ditemukan oleh dr Roberet Koch (1882).Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat mengenai organ
lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang tidak efektif untuk penyakit yang
aktif, biasa terjadi penyakit yang kronik dan berakhir dengan kematian.
Tuberkulosis, adalah suatu
penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru.
Penyebabnya adalah suatu basil Gram-positif tahan-asam dengan pertumbuhan
sangat lamban. Gejala TB antara lain batuk kronik, demam, berkeringat waktu
malam, keluhan pernapasan, perasaan letih, malaise, hilang nafsu makan,
turunnya berat badan, dan rasa nyeri di bagian dada. Dahak penderita berupa
lendir (mucoid), purulent, atau mengandung darah.
Setelah terjadi infeksi
melalui saluran pernafasan, di dalam gelembung paru (alveoli) berlangsung
reaksi peradangan setempat dengan timbulnya benjolan benjolan kecil (tuberkel).
Sering kali sistem tangkis tubuh yang sehat dapat memberantas basil dan caranya
adalah menyelubunginya dengan jaringan pengikat. Infeksi primer ini lazimnya
menjadi abses terselubung dan berlangsung tanpa gejala, hanya jarang disertai
batuk dan sesak nafas.
Infeksi dapat pula menyebar
melalui darah dan limfa ke organ lain, antara lain ginjal, tulang dan pada anak
anak ke otak dengan menimbulkan radang selaput otak (tuberkulosis meningitis).
Tuberkulosis disebabkan oleh
kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain. Menurut Zubaidi
(1995), pengobatan infeksi kuman tahan asam masih merupakan persoalan dan
tantangan dalam bidang kemoterapi. Faktor yang mempersulit pengobatan ialah:
1. kurangnya daya tahan
hospes terhadap mikobakteria
2. kurangnya daya
bakterisid obat yang ada
3. timbulnya resistensi
kuman terhadap obat, dan
4. masalah efek samping
obat
Anti tuberculosis adalah obat-obat atau kombinasi
obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita
tuberkulosis. Sampai saat ini di
Indonesia penyakit TBC masih merupakan penyakit rakyat yang banyak mengambil
korban, hal ini disebabkan:
·
Masih
kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.
·
Perumahan
yang tidak memenuhi syarat (ventilasi dan masuknya cahaya matahari)
·
Kebersihan/hygiene
·
Kurang
gizi/gizi tidak baik.
2.2.1. Penularan TBC
Penularan kuman TBC dapat melalui:
·
Saluran pernafasan, Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran pernafasan dengan menghisap atau menelan tetes tetes ludah yang
mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TB terbuka atau adanya kontak
antara tetes tetes ludah tersebut dengan luka di kulit. (sebaiknya
penderita menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk atau bersin).
·
Lewat makanan
dan minuman
Penularan TBC dapat dihindari dengan cara
menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan
mengusahakan agar ruangan tempat penderita mempunyai ventilasi yang baik.
Cara
pencegahan TBC adalah dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin pada bayi-bayi
yang baru lahir. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG (Basil Calmette
Guerin). Untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh basil TBC atau tidak
biasanya dilakukan dengan reaksi Mantoux , yaitu penyuntikan yang dilakukan
dilengan atas dengan tuberkulin (filtrat dari pembiakan basil TBC). Bila
ditempat penyuntikan tidak timbul bengkak merah berarti orang tersebut tidak
terinfeksi TBC.
2.2.2.
Pengobatan
Sebelum
ditemukan obat-obat yang dapat memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan
terbatas pada terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan
demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan
vitamin A.
Obat
TBC yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul kemudian dengan
PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi standar untuk pengobatan TBC
menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TBC
menjadi INH, ethambutol dan rifampisin.
Dengan
pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien bebas bermasyarakat seperti
biasa karena tidak lagi menularkan kuman TBC. Basil TBC terkenal sangat ulet
dan sulit ditembus zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung
banyak lemak dan lilin (wax), sehingga pengobatan TBC memerlukan periode waktu
yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :
·
Mencegah
resistensi
·
Praktis
karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
·
Mengurangi
efek samping.
Spesialite :
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1
|
Ethambutol
|
Cetabutol
Kalbutol
Etibi
|
250 mg, 500
mg/tablet
500 mg /
tablet
250 mg, 500 mg
/ tablet
|
Soho
Kalbe Farma
Rocella
|
2.
|
Isoniazid
Isoniazid +
Vitamin B-6
|
Isonex
INH
Pehadoxin
|
50 mg / 5 ml syr.
50 mg , 100 mg
/ tablet
Per
tablet :
INH 100
mg,Vit.B6 10 mg
|
Dumex
Soho
Phapros
|
|
Isoniazid +
Vitamin B-6 + Ethambutol
|
Inoxin
Intam 6
Meditam
|
Per tablet :
INH 400
mg,Vit.B610 mg
Per tablet :
INH 100
mg,Ethambutol 250 mg, Vit.B6 10 mg
|
Dexamedica
Rhone P
Medikon
|
.
|
|
Mycothambin-
INH Forte
|
Per
tablet :
INH
200 mg,Ethambutol 500 mg, Vit.B6 20 mg
|
UAP
|
3.
|
Pirazinamida
|
Prazina
Pezeta
Ciba 500
Pulmodex
|
500
mg / tablet
|
Ponco
Ciba
Dexamedica
|
4.
|
Rifampicin
Rifampicin
+ INH
|
Rifampin
Rifamtibi
Rimactane
Rimetazid
Ramicin-Iso
|
150
mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg / kapsul
450
mg, 600 mg/kapsul
450
mg, 600 mg/ kapsul
20
mg / ml syr.
Per
kapsul :
1. Rifampicin
225 mg
INH 200 mg
2. Rifampicin
450 mg
INH 300 mg
Per
kapsul :
Rifampicin
500 mg
INH
150 mg
|
Pharos
Sanbe
Biochemie
Biochemie
Westmont
|
5.
|
Streptomisin
|
Streptomycine
Sulphate Injection
|
1g,
1,5g, 5g/ vial
|
Meiji
|
2.3. Antilepra
Lepra
atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan-jaringan
saraf. Pembangkitnya Mycobacterium leprae
ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen (1873), memiliki sifat-sifat yang mirip
dengan basil TBC, yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin
yang sukar ditembusi obat, juga pertumbuhannya lambat sekali setelah waktu
inkubasi yang lama, lebih kurang satu tahun.
Di
Indonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah
rumah sakit khusus (Leproseri) yang diawasi oleh Lembaga Kusta Departemen
Kesehatan.
2.3.1. Pencegahan
Tes Lepromin adalah suatu injeksi intrakutan dari suspensi
jaringan lepra dan digunakan untuk menetapkan apakah seseorang memiliki daya tangkis cukup
terhadap lepra bentuk – L. Hasil tes negatif berarti orang tersebut sangat peka
untuk infeksi dengan bentuk tersebut.
Pada
tahun 1965 telah dibuktikan di Uganda, bahwa vaksinasi BCG memberikan
perlindungan yang lumayan terhadap
infeksi dengan bentuk – L.
2.3.2. Pengobatan
Sejak
dahulu kala obat satu-satunya terhadap lepra adalah minyak kaulmogra,
yang efektif untuk meredakan gejala-gejalanya tanpa menyembuhkan penyakit.
Pada
tahun 1950 ditemukan dapson yang mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra,
yang kemudian lama-kelamaan akan dimusnahkan oleh sistem tangkis tubuh sendiri.
Kemudian ditemukan leprostatika lain antara lain thiambutosin, klofazimin dan
rifampisin.
WHO
menganjurkan sebagai terapi pilihan pertama suatu kombinasi dari dapson dengan
rifampisin atau klofazimin selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kemudian disusul
dengan monoterapi dapson selama 5 – 7 tahun pada bentuk tuberkuloid, dan seumur
hidup pada bentuk – L dan borderline.
2.3.3. Efek samping
Yang
terpenting adalah reaksi lepra yaitu suatu reaksi alergi yang
diakibatkan oleh basil mati yang berjumlah besar di dalam jaringan-jaringan.
Gejala-gejala berupa demam tinggi, radang dan nyeri sendi, rasa lelah dan habis
tenaga, khusus pada bentuk – L terjadi benjol-benjol merah kebiruan. Semula
diduga bahwa reaksi-reaksi ini merupakan efek samping khusus dari dapson,
tetapi kemudian ternyata dapat juga ditimbulkan oleh leprostatika lainnya
kecuali klofazimin.
Untuk mengatasi gejala-gejala
ini, obat lepra sering dikombinasi dengan asetosal atau sedativa, atau jika
lebih hebat bisa diberikan zat supresif (penekan) seperti kortikosteroid. Obat
lepra tidak boleh dihentikan atau dikurangi dosisnya berhubungan meningkatnya
bahaya resistensi.
Spesialite :
NO.
|
NAMA GENERIK
|
NAMA DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
2.
3
|
Diamino
Difenil Sulfon (DDS)
Clofazimine
Rifampicin
|
Dapson
Lamprene
Lihat obat TBC
|
100 mg /
tablet
50 mg &
100 mg / tablet
|
Indofarma
Novartis
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia Gan, dkk.2008. Farmakologi dan Terapi.Jakarta: Departemen Farmakologi FK UI.
http://www.scribd.com/doc/39255216/Obat2
Posting Komentar