BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Glumerulonefritis
1.1.1. Pengertian
Glomerulonefritis
adalah peradangan pada glomerolus, disebabkan oleh infeksi bakteri, virus &
reaksi imun. Glomerulus merupakan organ kecil di ginjal yang berfungsi sebagai
penyaring. Glomerulus berfungsi membuang kelebihan cairan, elektrolit dan
limbah dari aliran darah dan meneruskannya ke dalam urin.
Glomerulonefritis
dibagi menjadi dua :
1) Glomerulonefritis
akut
Glomerulonefritis
akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
2) Glomerulonefritis
kronik
Glomerulonefritis
kronik adalah peradangan yang lama dari sel –sel glomerulus. Kelainan ini dapat
terjadi akibat glomerulonefritis akut tidak membaik atau timbul secara spontan.
Glomerulonefritis
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal.
1.1.2. Etiologi
Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan Glomerulonefritis adalah:
A.
Infeksi
1.
Glomerulonefritis Post-streptokokus.
Glomerulonefritis
dapat muncul satu atau dua minggu setelah sembuh dari infeksi tenggorokan atau
infeksi kulit. Kelebihan produksi antibodi yang dirangsang oleh infeksi
akhirnya menetap di glomerulus dan menyebabkan peradangan.
Gejalanya
meliputi pembengkakan, pengeluaran urin sedikit, dan masuknya darah dalam urin.
Anak-anak lebih mungkin untuk terserang glomerulonefritis post-streptokokus
daripada orang dewasa, namun mereka juga lebih cepat pulih.
2.
Bakteri endokarditis.
Bakteri
ini bisa menyebar melalui aliran darah dan menetap di dalam hati, menyebabkan
infeksi pada katup jantung. Orang yang berisiko besar terserang penyakit ini
adalah orang-orang yang memiliki cacat jantung.
Bakteri
endokarditis berkaitan dengan penyakit glomerulus, tetapi hubungan yang jelas
antara keduanya masih belum ditemukan.
3. Infeksi virus.
Virus
yang dapat memicu glomerulonefritis adalah infeksi human immunodeficiency virus
(HIV) dan virus penyebab hepatitis B dan hepatitis C.
B. Penyakit Sistem Kekebalan Tubuh
Penyakit
sistem kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan Glomerulonefritis adalah:
1. Lupus Eritomatosus Sistemik (SLE/systemic lupus erythematosus)
1. Lupus Eritomatosus Sistemik (SLE/systemic lupus erythematosus)
Lupus
yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada banyak bagian tubuh, termasuk
kulit, persendian, ginjal, sel darah, jantung dan paru-paru.
2.
Sindrom Goodpasture.
Adalah
gangguan imunologi pada paru-paru yang jarang dijumpai. Sindrom Goodpasture
menyebabkan perdarahan pada paru-paru dan glomerulonefritis.
3.
Nefropati IgA.
Ditandai
dengan masuknya darah dalam urine secara berulang-ulang. Penyakit glomerulus
primer ini disebabkan oleh penumpukan imunoglobulin A (IgA) dalam glomerulus. Nefropati
IgA dapat muncul selama bertahun-tahun tanpa menampakkan gejala. Kelainan ini
tampaknya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
C. Vaskulitis
C. Vaskulitis
Adalah
gangguan yang ditandai oleh kerusakan pembuluh darah karena peradangan,
pembuluh darah arteri maupun vena.
Jenis-jenis
vaskulitis yang menyebabkan Glomerulonefritis antara lain:
1. Polyarteritis. Vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan menengah di beberapa bagian tubuh seperti, ginjal, hati, dan usus.
1. Polyarteritis. Vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan menengah di beberapa bagian tubuh seperti, ginjal, hati, dan usus.
2.
Granulomatosis Wegener. Vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan
menengah pada paru-paru, saluran udara bagian, atas dan ginjal.
D. Kondisi yang cenderung menyebabkan luka pada glomerulus
1.
Tekanan darah tinggi.
Kerusakan
ginjal dan kemampuannya dalam melakukan fungsi normal dapat berkurang akibat
tekanan darah tinggi. Sebaliknya, glomerulonefritis juga dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi karena mengurangi fungsi ginjal.
2.
Penyakit diabetes ginjal.
Penyakit
diabetes ginjal dapat mempengaruhi penderita diabetes. Nefropati diabetes
biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa muncul. Pengaturan kadar gula
darah dan tekanan darah dapat mencegah atau memperlambat kerusakan ginjal.
3. Focal segmental glomerulosclerosis.
Ditandai
dengan jaringan luka yang tersebar dari beberapa glomerulus, kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit lain atau tanpa alasan yang diketahui.
Glomerulonefritis
kronis terkadang muncul setelah serangan glomerulonefritis akut. Beberapa
pasien bahkan tidak memiliki riwayat penyakit ginjal, sehingga tanda awal
glomerulonefritis kronis adalah gagal ginjal kronis.
Penyakit
ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Jika yang terjadi hanya glomerulonefritis
saja, maka disebut sebagai glomerulonefritis primer. Jika penyakit lain seperti
lupus atau diabetes adalah penyebabnya, maka disebut glomerulonefritis
sekunder. Jika parah atau berkepanjangan, radang akibat glomerulonefritis dapat
merusak ginjal.
1.1.3. Patofisiologi
Dari hasil
penyelidikan klinis imunologis menunjukan adanya kemungkinan proses imunologis
sebagai penyebab glumerulonefritis
Beberapa ahli mengajukan hipotesis
sebagai berikut :
1.
Terbentuknya kompleks antigen-antibody yang melekat
pada membran basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
2.
Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen
dalam tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus.
3.
streptococcus nefritogen dengan membran basalis
glomerulus mempunyai komponen antigen yang
sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis
ginjal
Peradangan
pada glomerulus diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks antigen
antibodi. Kompleks biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau
kulit oleh streptokokus. Reaksi peradangan di glomerulus menyebabkan
pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus.
Protein-protein plasma dan sel darah merah bocor melalui glomerulus.
1.1.4.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala
glomerulonefritis tergantung pada bentuk dan penyebabnya. Tanda dan gejalanya
termasuk:
- Urin berwarna pink atau berwarna seperti cola akibat sel darah merah masuk dalam urin (hematuria)
- Urin berbusa karena kelebihan protein (proteinuria)
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Pembengkakan di wajah, tangan, kaki dan perut
- Kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal
1.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada
laboratorium didapatkan:
-
Hb menurun ( 8-11 )
-
Ureum dan serum kreatinin meningkat.
( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8
mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum
kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106
mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
-
Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
-
Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit Å,
leukosit Å)
-
Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
Dokter menyelidiki kemungkinan glomerulonefritis akut pada
orang yang hasil uji laboratorium menunjukkan disfungsi ginjal atau darah dalam
air seni dan pada orang yang mengembangkan gejala gangguan tersebut, terutama
mereka yang memiliki radang tenggorokan atau infeksi lain. Uji laboratorium
menunjukkan jumlah variabel sel protein dan darah dalam urin dan sering
disfungsi ginjal, sebagaimana ditunjukkan oleh konsentrasi tinggi urea dan
(produk limbah) kreatinin dalam darah.
Pada orang dengan glomerulonefritis progresif cepat, cast
(gumpalan sel darah merah atau sel darah putih) yang hampir selalu terlihat
dalam sampel urin yang diperiksa di bawah mikroskop. Tes darah mendeteksi
anemia dan sering abnormal tinggi jumlah sel darah putih. Ketika dokter menduga
glomerulonefritis, biopsi ginjal biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis, membantu menentukan penyebabnya, dan menentukan jumlah jaringan
parut dan potensi untuk reversibilitas. Biopsi ginjal dilakukan dengan
memasukkan jarum di salah satu ginjal bawah bimbingan ultrasound atau tomografi
(CT) dihitung untuk memperoleh sejumlah kecil jaringan ginjal. Walaupun ginjal
biopsi merupakan prosedur invasif dan kadang-kadang bisa menjadi rumit,
biasanya aman.
Pengujian tambahan kadang-kadang membantu untuk
mengidentifikasi penyebabnya. Misalnya, budaya tenggorokan dapat memberikan
bukti infeksi streptokokus. Darah tingkat antibodi terhadap streptokokus
mungkin lebih tinggi dari normal atau semakin bertambah selama beberapa minggu.
Glomerulonefritis akut yang mengikuti infeksi selain radang tenggorokan biasanya
lebih mudah untuk mendiagnosis, karena gejala sering mulai saat infeksi masih
jelas. Budaya dan tes darah yang membantu mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan jenis lain infeksi kadang-kadang diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis.
Glomerulonefritis
kronis berkembang secara bertahap, dan karena itu, dokter mungkin tidak dapat
memberitahu kapan tepatnya dimulai. Ini mungkin ditemukan saat tes urine,
dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan medis, mengungkapkan adanya sel
protein dan darah pada orang yang merasa baik, memiliki fungsi ginjal normal,
dan tidak memiliki gejala. Dokter biasanya melakukan tes pencitraan pada
ginjal, seperti USG, CT scan, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan.
ginjal Biopsi adalah cara yang paling dapat diandalkan untuk membedakan
glomerulonefritis kronis dari penyakit ginjal lainnya. Biopsi, bagaimanapun,
adalah jarang dilakukan dalam stadium lanjut. Dalam kasus ini, ginjal menyusut
dan bekas luka, dan kesempatan memperoleh informasi spesifik tentang
penyebabnya adalah kecil. Dokter menduga bahwa ginjal menyusut dan berbakat
jika fungsi ginjal sudah buruk untuk waktu yang lama dan ginjal muncul abnormal
kecil pada tes pencitraan.
1.1.6. Perawatan dan obat-obatan
Hasil pengobatan
glomerulonefritis tergantung pada bentuk akut atau kronisnya penyakit, penyebab
yang mendasari, serta jenis dan tingkat keparahan gejala.
Beberapa kasus glomerulonefritis akut cenderung sembuh dengan sendrinya dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Maka tujuan pengobatan adalah untuk melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut.
Beberapa kasus glomerulonefritis akut cenderung sembuh dengan sendrinya dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Maka tujuan pengobatan adalah untuk melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut.
A. Pengobatan
tekanan darah tinggi
Menjaga tekanan darah
di bawah kontrol adalah kunci untuk melindungi ginjal. Untuk mengontrol tekanan
darah tinggi dan memperlambat penurunan fungsi ginjal, dokter akan meresepkan
beberapa obat, antara lain:
1. Diuretik
2. Angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor
3. Angiotensin II
reseptor agonis
B. Pengobatan
untuk penyebab yang mendasari
Jika ada penyebab yang
mendasari peradangan ginjal, dokter akan meresepkan obat lain untuk mengobati
masalahnya di samping pengobatan untuk mengontrol hipertensi:
1. Radang atau infeksi bakteri lainnya.
Dokter akan meresepkan antibiotik yang sesuai.
2. Lupus atau vaskulitis. Dokter sering
meresepkan kortikosteroid dan obat penekan sistem kekebalan untuk mengendalikan
peradangan.
3. Nefropati IgA. Suplemen minyak ikan
dan beberapa obat penekan kekebalan telah berhasil membantu beberapa pasien
nefropati IgA.
4. Sindrom Goodpasture. Plasmapheresis
kadang-kadang digunakan untuk mengobati penderita sindrom Goodpasture.
Plasmapheresis adalah proses mekanis yang menghilangkan antibodi dari darah
dengan beberapa plasma darah keluar dari darah dan menggantinya dengan cairan
lain atau plasma donor.
C. Terapi untuk gagal ginjal
Untuk glomerulonefritis
akut dan gagal ginjal akut, dialisis dapat membantu mengurangi kelebihan cairan
dan mengontrol tekanan darah tinggi. Dialisis adalah proses menghilangkan
limbah dan kelebihan air dari darah, dan digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal pada penderita gagal ginjal.
Terapi jangka panjang
yang diberikan untuk gagal ginjal stadium akhir adalah dialisis ginjal dan
transplantasi ginjal. Ketika transplantasi tidak memungkinkan, dialisis menjadi
satu-satunya pilihan.
1.1.7.
Komplikasi
1.
Oliguri sampai
anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkuragnya
filtrasi glomerulus. Gambaran seperti isufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau
aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila
hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2.
Ensefalopati hipertensi yang
merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan
penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh
darah lokal dengan anoksia danedema otak.
3.
Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya
ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya
volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4.
Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di
samping sintesis eritropoetik yang menurun.
1.2.
Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
1.2.1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius
Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada
saluran kemih.(Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
1.2.2. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
2. Kandung kemih (sistitis)
3. uretra (uretritis)
4. prostat (prostatitis)
5. ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut,
dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated
(simple)
ISK
sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita
wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering
menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat
keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya
batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme
virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
2.2.3.
Etiologi
1.
Jenis-jenis
mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a.
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b.
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab
ISK complicated
c.
Enterobacter, staphylococcus epidemidis,
enterococci, dan-lain-lain.
2.
Prevalensi
penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a.
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
b.
Mobilitas
menurun
c.
Nutrisi
yang sering kurang baik
d.
Sistem
imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e.
Adanya
hambatan pada aliran urin
f.
Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat
2.2.4. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
-
masuknya
mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
-
Naiknya
bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada
usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
-
Sisa
urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
-
Mobilitas
menurun
-
Nutrisi
yang sering kurang baik
-
System
imunnitas yng menurun
-
Adanya
hambatan pada saluran urin
-
Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat
tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan
residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal
yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan
pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
2.2.5. Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah
(sistitis):
-
Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih
-
Spasame
pada area kandung kemih dan suprapubis
-
Hematuria
-
Nyeri
punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas
(pielonefritis)
-
Demam
-
Menggigil
-
Nyeri
panggul dan pinggang
-
Nyeri
ketika berkemih
-
Malaise
-
Pusing
-
Mual dan
muntah
2.2.6.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
-
Leukosuria
atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment
air kemih
-
Hematuria:
hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
-
Mikroskopis
-
Biakan
bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya
organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000
koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen
dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
-
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes
esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
-
Tes
Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
-
Tes- tes
tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
2.2.7. Penatalaksanaan
Penanganan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut
dapat dibedakan atas:
-
Terapi
antibiotika dosis tunggal
-
Terapi
antibiotika konvensional: 5-14 hari
-
Terapi
antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
-
Terapi
dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang
menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri
persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul
salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin,
terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan
medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian
obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
-
Gangguan
absorbsi dalam alat pencernaan
-
Interansi
obat
-
Efek
samping obat
-
Gangguan
akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam
kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya
setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai
berikut:
-
Apakah
obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
-
Apakah
obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/
-
Apakah
obat yang diberikan masih tetap diberikan?
-
Dapatkah
sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
DAFTAR PUSTAKA
http://ramlannarie.blogdetik.com/2011/08/14/askep-infeksi-saluran-kemih-isk/
http://www.detikhealth.com/read/2011/11/09/071515/1763329/770/glomerulonefritis-peradangan-pada-alat-penyaring-ginjal
http://riezakirah.wordpress.com/2010/12/25/glomerulonefritis/
Posting Komentar