Respon seksual


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi pada wanita hamil karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental
1.2  Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu dengan disusunnya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun dan umumya bagi pambaca.
1.3  Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka dan penelusuran dalam situs internet.
1.4  Sistematika
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
-          Latar Belakang        
-          Tujuan
-          Metode Pengumpulan Data
-          Sistematika              
Bab II  Pembahasan
Bab III Penutup
-          Kesimpulan
DaftarPustaka



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Respon Seksual
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium dan testis. Pada wanita ovarium memproduksi ovum dan menyekresi progesteron dan estrogen. Pada pria testis memproduksi sperma dan menyekresi testoteron. Mekanisme unpan balik antara hormon yang disekresi oleh gonad, hipotalamus, dan hipofisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kleamin dan sekresi hormon seks steroid.
2.1.1. Respon fisiologis terhadap stimuli seksual
Walaupun pematangan perkebagan seksual pada wanita terjadi pada umur  yang lebih dini, baik pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun. Walaupun demikian, frekuensi perkembangan individu sangant bervariasi. Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak menjadi penghalang, respon fisiologis wanita dan pria terhadap rangsangan seksual dan orgasme lebih banyak persamaannya dari pada perbedaanya. Misalnya, glens , klitoris dan glan penis homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan anata respon seksual wanita dan pria, tetapi respon fisikpuan pada dasarnya sama, baik distimulasi oleh koitus, fantasi, mekanis, maupun oleh masturbasi manual.
Secara fisiologis menurut masters dan johnson (1966), respon seksual dapat dianalisis melalui 2 proses : vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis ( ereksi pada pria ) dan pembuluh darah sirkumvaginalis ( lubrikasi pada wanita ) sehingga terjadi engorgement dan distensi genitalia. Kongesti vena dilokalisasi terutama pada genitalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang lebih kecil di payudara dan bagian-bagian tubuh yang lain.
Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi ritmik yang volunter dan involunter. Contoh –contoh miotonia yang distimulasi secara seksual adalah dorongan pelvis, wajah meringis,srta spasme tangan dan kaki (spasme Karpopedal).
Siklus respon seksual dibagi menjadi empat fase, yaitu:
1. Fase Rangsangan (Exicetement)
Reaksi  Umum pada kedua jenis kelamin
-          Denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat.
-          Puting susu ereksi.
-          Miotonia dimulai.
Reaksi wanita
-          Diameter klitoris membesar dan membengkak.
-          Genetalia eksterna menegang dan warna menjadi gelap.
-          Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas.
-          Serviks dan uterus tertarik ke atas.
-          Ukuran payudara membesar.
Reaksi Pria
-          Timbul ereksi penis : panjang dan diameter penis meningkat.
-          Kulit skrotum menegang dan menebal.
-          Testis mulai menegang dan terangkat ke arah tubuh.
2. Faseu Flateau (penguatan respons fase exicetement)
Reaksi umum pada dua jenis kelamin
-          Denyut jantung dan tekanan darah terus meninkat .
-          Pernafasan menigkat.
-          Miotonia menjadi nyata: wajah meringis.
Respon wanita
-          Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris.
-          Sepertiga bagian bawah vagina membesar.
-          Warna kulit berubah terlihat kemeraha di payudara, abdomen, atau dipermukaan yang lain.
Respon Pria
-          Kepala penis sedkit membesar.
-          Scrotum menegang dan menebal.
-          Testis terangkat dan membesar.
-          Sekresi kelenjar Cowper (bulbouretralis) pengeluaran dua atau tiga tetes cairan bening (madzi) pada kepala penis sebelum orgasme.
3. Fase Orgasme (penyaluran kumpulan darah &tegangan otot)
Reaksi umum pada dua jenis kelamin
-          Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum.
-          Timbul spasme otot involunter.
-          Sfingter rektum eksterna berkontraksi.
Respon wanita
-          Kontraksi ritmik yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus.
-          Sensasi hangat menyebar diseluruh daerah pelvis.
Respon Pria
-          Testis terangkat ke tingkat maksimum.
-          Titik yang tidak terelakan terjadi  sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada cairan di uretra.
-          Kontraksi pada penis, uretra, anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar prostat, otot sphincter vesica urinaria interna dan vasdeferens
-          Kontraksi ritmik terjadi di penis.
-          Terjadi ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan cairan dari sekresi kelenjar vesicula seminalis, prostat dan bulbouretralis.


4. Fase Resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keadaan tidak terangsang)
Reaksi umum pada dua jenis kelamin
-          Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan kembali normal.
-          Ereksi puting susu mereda.
-          Miotonia berkurang.
-          Berkeringat
Respon wanita
-          Engorgement pada genetalia eksterna dan vagina berkurang.
-          Serviks dan uterus turun ke posisi normal.
-          Ukuran payudara mengecil.
-          Kemerahan di kulit menghilang.
Respon Pria
-          50 % ereksi segera hilang setelah ejakulasi: penis secara bertahap kembali ke ukuran normal.
-          Testis dan scrotum kembali ke ukuran normal.
-          Periode refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi sesuai usia dan kondisi fisik secara umum.
2.2. Seksualitas Sehat
2.2.1.  Konsep seksualitas
            Memiliki banyak aspek kehidupan, diekspresikan melalui beragam perilaku.
            Meluas sampai berhubungan dengan orang lain.
            Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan social dan biologis sepanjang kehidupan.
Sex dan seksualitas merupakan hal yang berbeda. Kebanyakan orang memahami sexualitas sebatas istilah sex.

Menurut Zawid (1994) Sex sering digunakan dalam 2 hal yakni:
a)      Aktivitas sexual genital
b)      Sebagai label jender (jeniskelamin)
Sedangkan seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang beda / sama dan mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi dan emosi.  Seksualitas berhubungan dgn bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain.
2.2.2. Kesehatan seksual
Pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan social dari kehidupan seksual dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta (WHO,1975)
2.2.3. Seks selama kehamilan
Dalam kehamilan normal, hubungan seks tidak membahayakan bayi. Cairan ketuban dan otot-otot kuat di sekitar rahim melindungi bayi dari guncangan. Bayi juga terlindung dari penetrasi penis karena adanya lapisan lendir tebal yang melindungi leher rahim dan membantu mencegah infeksi. Bayi Anda mungkin sedikit terpengaruh oleh orgasme, namun itu karena debar jantung Anda, bukan karena merasa sakit atau terganggu. Kontraksi yang dialami wanita saat orgasme sangat berbeda dengan kontraksi saat melahirkan.
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi pada wanita hamil karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan baik.
Pada trimester pertama kehamilan wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering.
Pada tarimester kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.
Pada trimester ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua (semakin membesarnya perut dan semakin fokusnya perhatian untuk persiapan melahirkan), akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.
Banyak wanita hamil yang secara  keseluruhan justru meningkat libido seksualnya selama kehamilan. Hormon-hormon kehamilan memang dapat merangsang seksualitas. Pada saat hamil, kadar hormon seks yang beredar dalam tubuh perempuan jauh lebih tinggi. Tubuh pun menjadi peka terhadap rangsangan. Demikian pula, reaksi yang timbul saat dirangsang menjadi lebih cepat, lebih spontan,dan lebih bergairah. Ini adalah hal yang normal, karena masing-masing wanita memiliki perasaan yang berbeda. 
Beberapa kondisi yang mutlak tidak boleh berhubungan intim pada wanita hamil:
1.        Pecah ketuban
 Berhubungan intim pun dilarang ketika Anda mengalami pecah ketuban. Ditandai dengan adanya cairan yang merembes keluar melalui vagina. Ini menunjukkan, perlindungan janin ikut bocor, sehingga kuman mudah masuk, lalu menginfeksi janin. Pada kondisi ini, aktivitas seksual rentan sekali dengan invasi kuman dari area vagina ke dalam rahim.
2.        Plasenta previa
 Plasenta yang letaknya rendah atau di bawah menutup sebagian atau seluruh jalan lahir. Hubungan seks bisa memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinnya. Jangankan berhubungan seks, tak berhubungan pun perdarahan sangat mungkin terjadi. Itulah mengapa, jika ada gangguan ini, hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.
3.        Rawan keguguran/persalinan prematur
 Ada ibu yang kehamilannya sangat lemah, mudah keguguran, atau lahir prematur. Ada rangsangan sedikit saja, janin bisa gugur atau lahir prematur. Biasanya dialami ibu yang memiliki "rahim lemah" dengan riwayat keguguran dan persalinan prematur sebelumnya. Hindari berhubungan intim sampai dokter memberi "lampu hijau".
4.        Perdarahan per vaginam
 Tanpa diketahui penyebabnya, kadang-kadang terjadi perdarahan. Sebaiknya tunda berhubungan intim sampai keadaan aman karena dikhawatirkan tengah terjadi proses keguguran. Anda harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
5.        Serviks pendek/tipis
 Beberapa perempuan memiliki serviks pendek atau tipis, kurang dari 2,5 cm. Penyebabnya hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas, hal ini sangat membahayakan kehamilan yang sewaktu-waktu bisa mengalami perdarahan atau keguguran. Jika di trimester kedua, tepatnya 16-20 minggu, panjang serviks kurang dari 2,5 cm, maka akan dilakukan "pengikatan" mulut rahim supaya bisa terus melangsungkan proses kehamilan.
6.        Penyakit menular seksual (PMS)
Jika suami mengidap penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis, atau bahkan HIV/AIDS, maka hubungan seksual sangat tidak dianjurkan. Risikonya sangat berbahaya, penyakit dapat menular ke ibu sehingga meningkatkan risiko keguguran atau lahir prematur, juga dapat menginfeksi janin dan dikhawatirkan terjadi kecacatan pertumbuhan.
Jika tidak terdapat hambatan seperti yang disebutkan, maka jangan ragu untuk melakukan kesenangan intim. bahkan, di hari-hari menjelang tanggal perkiraan persalinan, hubungan seks semakin dianjurkan bagi ibu yang akan melahirkan normal. Sperma ternyata membawa hormon prostaglandin yang dapat membantu mengalami kontraksi teratur agar bayi dapat lahir pada waktunya.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan LH.
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi pada wanita hamil karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental.




DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M.Dkk.2004.Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Share this post :

+ komentar + 2 komentar

5 September 2016 pukul 09.44

Maaf gan ya, Sekedar ikut bergabung berbagi informasi bagai mana cara praktisnya untuk menciptakan gairah seksual cepat meningkat dengan memanfaat sebuah alat bantu sex.

11 Februari 2018 pukul 12.14

arifinshop5@gmail.com

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sweet Heart... - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger