BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan
perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini
terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Proses tumbuh kembang
seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu
; faktor genetik / keturunan , lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang
berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak, ada yang hasilnya baik dan pula
yang sebaliknya.
1.2.
Pembatasan
Masalah
Dalam
penyusunan maklah ini, penyusun membatasi masalah yang akan dibahas yaitu
mengenai kelainan-kelainan konggenital yang sering ditemui di masyarakat.
1.3.
Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Patologi, selain itu dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun dan umumya bagi pambaca.
1.4.
Metode
Pengumpulan Data
Adapun
metode pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka
dan penelusuran dalam situs internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kelainan Bawaan (Kelainan
Kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme
tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru
lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan
pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak
berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.
2.2. Penyebab
Kebanyakan bayi yang lahir dengan
kelainan bawaan memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan
kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua
nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti
melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.
60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui;
sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari
keduanya.
Kelainan
struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat:
-
hilangnya bagian tubuh tertentu
- kelainan
pembentukan bagian tubuh tertentu
- kelainan
bawaan pada kimia tubuh.
Kelainan struktur utama yang paling
sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina bifida dan hipospadia.
Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak
sempurnanya pembentukan enzim. Kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat
fatal, tetapi biasanya tidak menimbulkan gangguan yang nyata pada anak. Contoh
dari kelainan metabolisme adalah penyakit Tay-Sachs (penyakit fatal pada
sistem saraf pusat) dan fenilketonuria.
Penyebab
lain dari kelainan bawaan adalah:
·
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil
bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang
diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.
·
Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki
faktor Rh yang berbeda.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko
kelainan bawaan:
1.
Teratogenik
Teratogen
adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu
kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Secara
umum, seorang wanita hamil sebaiknya:
- mengkonsultasikan dengan dokternya
setiap obat yang dia minum
- berhenti merokok
- tidak mengkonsumsi alcohol
- tidak menjalani pemeriksaan
rontgen kecuali jika sangat mendesak.
2. Infeksi pada ibu hamil juga bisa
merupakan teratogen.
Beberapa infeksi selama kehami yang
dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan:
- Sindroma rubella kongenital ditandai
dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan
mental dan cerebral palsy
- Infeksi toksoplasmosis pada ibu
hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan
pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan
mental dan cerebral palsy
- Infeksi virus herpes genitalis pada
ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan
berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan
penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi
- Penyakit ke-5 bisa menyebabkan
sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian janin
- Sindroma varicella kongenital
disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang
berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.
3.
Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya
dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi
yang baik.
Salah satu zat yang penting untuk
pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa
meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung
saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita
menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi
asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
4.
Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh
cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan
ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan
anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi
jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak
yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).
5.
Faktor genetik dan kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan
bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen
adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di
dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan
bawaan.
Pola
pewarisan kelainan genetik:
·
Autosom dominan
Jika
suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat
dari salah satu orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan. Contohnya
adalah akondroplasia dan sindroma Marfan.
·
Autosom resesif
Jika
untuk terjadinya suatu kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing-masing
berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif. Contohnya
adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis.
·
X-linked
Jika
seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya,
maka keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh
kromosom X.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.
Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa
menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan
sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang
terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang
telah mengalami kerusakan.
Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom
adalah sindroma Down.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.
Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.
Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
6. Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering
ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa
menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100
kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu
berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk
kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39
tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk
kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
7. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan
kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau
ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan
pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
8. Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga
dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab
kelainan kongenitai tidak diketahui.
2.3. Gejala
Kelainan bawaan menyebabkan gangguan
fisik atau mental atau bisa berakibat fatal.
Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi.
Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi.
Beberapa
kelainan bawaan yang sering ditemukan:
1. Celah bibir atau langit-langit mulut
(sumbing)
Terjadi jika selama masa
perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana
mestinya. Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan
hidung. Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut
dengan rongga hidung.
2. Defek tabung saraf
Terjadi pada awal kehamilan, yaitu
pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan
normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah
pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek
tabung saraf. Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam
kandungan atau meninggal segera setelah lahir. 2 macam defek tabung saraf yang
paling sering ditemukan:
- Spina bifida, terjadi jika kolumna
spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
- Anensefalus, terjadi jika
beberapa bagian otak tidak terbentuk.
3. Kelainan jantung
- Defek septum atrium dan
ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
- Patent ductus arteriosus
(terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada
di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
- Stenosis katup aorta atau
pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis)
- Koartasio aorta
(penyempitan aorta)
- Transposisi arteri besar
(kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
- Sindroma hipoplasia jantung
kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk
sempurna)
- Tetralogi Fallot (terdiri
dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri
besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada
kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan
(misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi). Penyebab
lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.
4. Cerebral palsy
Biasanya baru diketahui beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya
kelainan.
5. Clubfoot
Istilah clubfoot digunakan untuk
menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki,
dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh
darah.
6. Dislokasi panggul bawaan
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam
kantung panggul.
7. Hipotiroidisme congenital
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar
tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.
8. Fibrosis kistik
Penyakit ini terutama menyerang
sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida
dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan
lengket.
9. Defek saluran pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus
halus dan usus besar, rektum serta anus.
Diantaranya adalah:
- Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
- Hernia diafragmatika
- Stenosis pilorus
- Penyakit Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel
- Atresia anus
- Atresia bilier
Diantaranya adalah:
- Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
- Hernia diafragmatika
- Stenosis pilorus
- Penyakit Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel
- Atresia anus
- Atresia bilier
10. Sindroma Down
Merupakan sekumpulan kelainan yang
terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada
sel-selnya. Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan
gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan
jantung.
11. Fenilketonuria
Merupakan suatu penyakit yang
mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan
mental. Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika
tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat
ketika usianya mencapai 1 tahun.
12. Sindroma X yang rapuh
Sindroma ini ditandai dengan
gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan
mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta
hiperaktivitas.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
13. Distrofi otot
Distrofi otot adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang
berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang
progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
14. Anemia sel sabit
Merupakan suatu kelainan sel darah
merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan
anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya.
15. Penyakit Tay-Sachs
Penyakit ini menyerang sistem saraf
pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan
ketulian.
16. Sindroma alkohol pada janin
Sindroma in ditandai dengan
keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan
kelainan pada sistem saraf pusat.
2.4. Diagnosa
Selama menjalani perawatan prenatal,
ada beberapa jenis tes yang ditawarkan kepada semua wanita hamil (tes
skrining) dan ada pula beberapa jenis tes yang ditawarkan hanya kepada
wanita/pasangan suami-istri yang memiliki faktor resiko (tes diagnostik).
Tidak ada tes yang sempurna. Seorang bayi mungkin saja terlahir dengan kelainan
bawaan meskipun hasil tesnya negatif. Jika tes memberikan hasil yang positif,
biasanya perlu dilakukan tes lebih lanjut.
2.3.1. Tes skrining
Tes skrining dilakukan meskipun seorang wanita hamil tidak
memiliki gejala maupun faktor resiko. Bila tes skrining menunjukkan hasil
positif, dianjurkan untuk menjalani tes diagnostik. Skrining prenatal bisa
membantu menentukan adanya infeksi atau keadaan lain pada ibu yang berbahaya
bagi janin dan membantu menentukan adanya kelainan bawaan tertentu pada janin. Tes
skrining terdiri dari:
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan USG.
2.3.2. Tes diagnostic
Tes
diagnostik biasanya dilakukan jika tes skrining memberikan hasil positif atau
jika wanita hamil memiliki faktor resiko. Tes diagnostik terdiri dari:
- Amniosentesis
- Contoh vili korion
- Contoh darah janin
- Pemeriksaan USG yang lebih mendetil.
Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui skrining
prenatal adalah:
- Defek tabung saraf (spina bifida, anensefalus)
- Sindroma Down
- Kelainan kromosom lainnya
- Kelainan metabolisme yang diturunkan
- Kelainan jantung bawaan
- Kelainan bentuk saluran pencernaan dan ginjal
- Sumbing bibir atau langit-langit mulut
- Kelainan bawaan tertentu pada anggota gerak
- Tumor bawaan.
2.5. Pencegahan
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat
dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya kelainan bawaan:
- Tidak merokok dan menghindari asap rokok
- Menghindari alkohol
- Menghindari obat terlarang
- Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
- Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
- Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
- Mengkonsumsi suplemen asam folat
- Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
- Menghindari zat-zat yang berbahaya.
a.
Vaksinasi
Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi.
Meskipun semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik
jika semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan sebelum hamil.
Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut:
- Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR
- Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella
- Aman diberikan pada saat hamil
- Booster tetanus-difteri (setiap 10 tahun)
- Vaksin hepatitis A
- Vaksin hepatitis B
- Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau ketiga)
- Vaksin pneumokokus.
b.
Zat yang berbahaya
Beberapa zat yang berbahaya selama kehamilan:
- Alkohol
- Androgen dan turunan testosteron (misalnya danazol)
- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors (misalnya enalapril, captopril)
- Turunan kumarin (misalnya warfarin)
- Carbamazepine
- Antagonis asam folat (misalnya metotrexat dan aminopterin)
- Cocain
- Dietilstilbestrol
- Timah hitam
- Lithium
- Merkuri organik
- Phenitoin
- Streptomycin dan kanamycin
- Tetrasyclin
- Talidomide
- Trimethadion dan paramethadion
- Asam valproat
- Vitamin A dan turunannya (misalnya isotretinoin, etretinat dan retinoid)
- Infeksi
- Radiasi.Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kelainan Bawaan (Kelainan
Kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme
tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Terdapat banyak sekali
macam kelainan konggengital. 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak
diketahui, sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau
kombinasi dari keduanya.kelainan kongenital dapat di diagnosa ketika bayi masih
dalam kandungan, dan ada pula kelainan kongenital yang tak terditeksi dan
diketahui setelah bayi lahir. Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah,
tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya
kelainan bawaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Himawan, Sutisna.1973.Patologi.Jakarta: Universitas Indonesia
Posting Komentar