Gangguan Tiroid





BAB I
PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang
Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiridepan trakea, mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresi kalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsiu. Sekresitiroid terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalahtiroksin, Akan tetapi, juga disekresi triiodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua hormonini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja.
Jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid ini dapat menimbulkan kekurangan atau kelebihan produk yang dihasilkan yang akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat menggagu pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh. Dengan demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal tersebut agar dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat mengetahui asuhan keperawatan apa saja yang dapat diberikan utuk klien dengan gangguan kelenjar tiroid tersebut.

1.2.            Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan maklah ini, penyusun membatasi masalah yang akan dibahas yaitu mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar tiroid.
1.3.            Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah KMB II. Selain itu dengan disusunnya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun dan umumya bagi pambaca.

1.4.            Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka dan penelusuran dalam situs internet.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Hipotiroidisme
2.1.1. Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

2.1.2. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme
1. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan geneti untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

2.1.3. Gambaran Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.

2.1.5. Komplikasi dan penatalaksanaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.1.6. Asuhan  Keperawatan
I.  Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti : pola makan, pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur), dan pola aktivitas.
3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh: Sistem pulmonary, sistem pencernaan, sistem kardiovaslkuler, sistem musculoskeletal, sistem neurologik dan Emosi/psikologis, sistem reproduksi dan metabolik
5. Pemeriksaart fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).










II.  Diagnosa dan Intervensi
1). Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas
   Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
2). Perubahan suhu tubuh
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi
a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
   Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
  Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
c. Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
  Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
3). Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi
a. Dorong peningkatan asupan cairan
  Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b. Berikan makanan yang kaya akan serat
  Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
  Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
d. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
  Rasional : Untuk mengencerkan fees.
4). Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan: Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan
5). Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan: Perbaikan proses berpikir.
Intervensi
a. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit . .
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat
6). Miksedema dan koma miksedema
Tujuan: Tidak ada komplikasi.
Intervensi
a. Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
1) Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
2) Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
3) pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)
4) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
b. Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional : Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin
d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
e. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.
Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.

2.2. Hipertiroidisme
2.2.1.      Pengertian
Hipertiroidisme adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh peningkatan produksi hormon tiroid yang disebabkan karena autoninun pada penyakit graves, virus, hiperplansia, genetik, neoplastik, atau karena penyakit sistim akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, atau penyakit akut kardiovaskuler.

2.2.2.      Patofisiologi
Hiperplansia kelenjar tiroid disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon tiroid, hormon tersebut merangsang mitokondria yang meningkatnya energi untuk aktifitas sel dan produksi panas. Hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan metabolisme, peningkatan pemenuhan persediaan lemak dan meningkatnya nafsu makan serta pemasukan makanan,  akibatnya curah jantung meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat dan vasadilatasi perifer yang akan meningkatkan produksi panas. Dalam sistim neurovasculer keadaan fiperaktif ini, akan menekan reflkes, dan kondisi kecamasan akan meningkatkan aktifitas saluran pencernaan. Hipartiroid dapat disebabkan karena peradangan, penyinaran tiroid atau adanya kerusakan jaringan tiroid oleh tumor.

2.2.3.      Manisfestasi Klinik
Dalam keadaan ringan ditandai dengan sakit yang serius dan akan  hilang dengan spontan dalam beberapa bulan / tahun. Bila tidak diobati pasien akan menjadi kurus, gelisa dan delirium, disorientasi dan akhirnya menjadi gagal jantung gejala yang paling sering timbul pada saat permulaan adalah : Gelisah, hiperaktif, lekas marah, kuatir, tak dapat duduk dengan tenang, denyut jantung cepat saat istirahat maupun beraktifitas, tidak tahan panas, banyak berkiringat dengan ciri kulit berwarna salun, hangat dan lembab, termor pada tangan serta eksoptalmus. Gejala lain yang timbul adalah meningkatnya nafsu makan, kehilangan berat badan secara dratis, otot lemah, amenorea, dan gangguan pola BAB, diare atau konstipasi.

2.4.4. Penatalaksanaan
Tiroidektomi adalh operasi mengangkat sebagian atau semua sel tiroid, tindakan ini dilakukan untuk merangsang kelenjar tiroid yang membesar dan menekan struktur jaringan disekitarnya. Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak berespon terhadap antibiotika atau pasien yang alergi terhadap obat obatan anti tiroid dan pada pada wanita hamil.

2.2.5. Asuhan Keperawatan
I.     Pengkajian
a.       Data Subjektif
·         Neurologi : Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot, sangat lemah . Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.
·         Saluran pencernaan : Kehilangan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare, mual, sakit perut, tidak ada nafsu makan, sakit perut hebat.
·         Metabolik : Banyak keringat, peka terhadap panas, meningkatnya toleransi terhadap rasa dingin.
·         Seksual / Reproduksi : Oligomenorea, amenore libido menurun, menurunnya kesuburan.
b.      Data Objektif
·         Neurologi : Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles tendon dalam dan cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl delirium dan koma.
·         Mata : Mata besar dan menonjol keluar, edema periorbital, termo kelopa mata, lemah atau kelumpuhan otot ekstrakuler
·         Kardiovasculer : Nadi cepat dan tak teratur, tekanan nadi kuat, edema, mur mur sistolik jantung banyak keringat, tahikardiat atrial febrilasi, nadi lemah hipotensi.
·         Pernapasan : Dispnea, frekwensi pernapasan meningkat dan dalam, edema pulmonal.
·         Saluran pencernaan : Berat badan menurun diare, bising usus hiperaktif, muntah terus menerus hepatomegali.
·         Metabolik : Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit arteri kalenjar tiroid.
·         Kulit : Kulit lembut, hangat dan lembab, berkeringat kemerahan, hiperpigmentasi, rambut tipis.
·         Seksual / Reproduksi : Ginekomastia.
c.       Data Laboratorium
Peningkatan T3 dan T4, TSH menurun.

II.       Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a.    Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan stimulasi sistim sarat simpatetik oleh kadar hormon tiroid yang tinggi.
Tujuan :
Pasien dapat berorentasi penuh, dapat merespon dengan tepat terhadap situasi dan orang, dapat menggunakan tekni untuk mengurangi stres.
Intervensi :
·      Kaji tingkat kesadaran, orentasi, efek dan persepsi tiap 4 – 8 jam, informasi perubahan perubahan yang negatif.
·      Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi serta beri dukungan yang tepat.
·      Ciptakan ketenangan lingkungan ( Tidak bising, batasi pengunjung mencegah situasi emosional ).
·      Rencanakan dan jelaskan asuhan dengan jelas dan tepat.
·      Antisipasi kebutuhan untuk mencegah reaksi heperaktif.
·      Informasikan kepada pasien tentang aktifitas apa saja yang dibatasi.
·      Anjurkan tekni mengurangi stres dan informasikan kapan penggunaannya.
·      Orentasikan pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam, kalender, gambar keluarga ).
b.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat meningkatnya metabolisme.
Tujuan :
Seluruh aktifitas dapat dilaksanakan sedikit / tampa bantuan.
Intervensi :
·        Kaji tanda vital tanda fital dan tingkat aktifitas
·        Batasi tingkat aktifitas pasien sesuai toleransi
·        Atur waktu istirahan yang cukup.
·        Jangan lanjutkan aktifitas bila ada tanda tidak toleransi misalnya dispnea takikardi atau kelelahan.
·        Bantau pasien untuk beraktifitas bila tidak dapat melakukan sendiri karena tremor atau kelemahan.
·        Rencanakan aktifitas sehari hari dan pola tidurnya.
c.       Gangguan pola tidur berhubungan agitasi akibat peningkatan metabolisme.
Tujuan :
Pasien mempunyai pola tidur yang normal dan pasien mengungkapkan rasa puas beristirahat.
Intervensi :
·        Kaji pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini
·        Tanyakan bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air hangat, gosok punggung dengar musik dll ).
·        Diskusikan bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni relaksasi.
·        Bantu pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur, kurangi aktifitas yang merangsang sebelum tidur.
·        Usahakan lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya lampu, tutup pintu ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.
·        Hindari gangguan selama tidur
·        Bila mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada siang dan sore hari.
·        Kaji aktifitas tidur .
d.  Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, mual, sakit perut.
Tujuan :
Pemasukan dan pengeluaran seimbang berat badan meningkat menjadi normal
Intervensi :
·           Pantau pemasukan diet untum menambah kalori Karbohidrat dan Vit. B
·           Makan porsi kecil dan sering sesuai kebutuhan kalori pasien.
·           Konsultasi makanan yang dibutuhkan pasien.
·           Hindari minuman yang merangsang seperti kopi, teh, cola atau yang dapat meningkatkan peristatik usus.
·           Masukan cairan 2 – 3 liter  / sehari, hindari juce yang menyebabkan diare.
·           Timbang berat badan setiap hari.
·           Kaji  efektifitas pengobatan untuk mual dan sakit perut.

2.2.6. Asuhan Keperawatan Tiroidektomi
I. Pengkajian
Sebelum Operasi :
a.          Data subyektif :
·      Kwalitas suara dan kemampuan menelan mengalami perubahan.
·      Pengertian tentang penjelasan dokter mengenai prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.
·      Pengertian tentang bagaimana mencegah ketegangan luka sayatan.
·      Penertian tentang tidak boleh berbicara pada periode sesudah operasi untuk mencegah edema.
·      Pengertian tentang cara berkomunikasi sesudah operasi ( Sediakan buku catatatan pasien )
·      Penertian tentang cara mengatasi rasa sakit dan penggunaan ukuran skala sakit.
b.        Data Objektif :
·      Tanda vital
·      Perubahan kwalitas suara dan kemampuan menelan
 Sesudah operasi
a.         Data subjektif
·      Gejala hipokalsemia  : Mati rasa, perasaan geli, kekakuan otot, spasme dan tetanus
·      Luka sayatan sakit dan bengkak, perdarahan.
·      Jalan napas merasa sesak susah menelan dan otot leher terasa tertarik.
b.        Data objektif
·      Suara parau.
·      Perubahan pada tekanan dan puncak suara.
·      Hipokalsemia.
·      Luka sayatan waran kemarahan, tanda tanda peradangan, bengkak, perdarahan.
·      Jalan napas : Pernapasan stedor, retroksi otot lehen dan sianosis.

II.   Diagnosa Keperawatan.
Sebelum Operasi :
a.        Potensial perubahan pengurangan cardiak output berhubungan dengan  peningkatan metabolisme dan peningkatan kerja jantung.
Tujuan :
·           Kerbutuhan cardiak output terpenuhi sesuai kebuthan tubuh.
·           Kerja jantung normal.
Intervensi
·           Memberikan ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya kegelisahan / stres.
·           Terapi  : ketegangan dari luar dapat meningkatkan metabolisme dan kerja jantung.
·           Meningkatkan intake makanan dengan memberi makanan sesering mungkin walaupun sedikit sedikit.
·           Terapi : untuk memenuhi kebutuhan kalori dan mencegah kekurangan glycogen.
·           Membatasi makanan atau minuman yang mengandung kafein.
·           Terapi : efek dari kafein menyebabkan peningkatan metabolisme.
  Sesudah Operasi.
a.    Potensial tidak efektifnya pembersihan jalan napas berhubungan dengan perdarahan dan edema laring.
Tujuan :
·           Pernapasan dan suara napas dalan batas normal.
·           Tidak ada perdaran pada luka operasi.
Intervensi
·        Monitor irama pernapasan kedalan dan kerja penapasan.
Terapi pernapasan terlihat cepat menyebabkan susah napas karena terjadi obstruksi.
·        Auskultasi bunyi napas apakah tidak terjadi ronchi.
·        Terapi ronchi merupakan indikasi obstruksi jalan napas.
·        Perkirakan adanya dyspnea, stridor, crowing dan syanosis.
Terapi indikasi obstruksi trakhea / spasme laring, diperlukan interfensi dan efaluasi yang cepat.
·         Mengatur posisi tidur 30 – 40 derjat.
Terapi fasilitas pernapasan batas edema area pembedahan dan kemungkinan pengumpulan sekret kembali tenggorokan.
·         Mengatur posisi latihan napas dalam bila adanya batuk.
Terapi mengatur membersihkan jalan napas dan fentilasi, walaupun batuk tampak timbulnya nyeri tetapi mengeluarkan sekret.
·         Section mulut dan trakhea indikasi kareteristik sputum.
Terapi melancarkan jalan napas.
·         Menyakan kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur dalam mulut
Terapi indikasi adanya edema / perdarahan pada jaringan tempat operasi.
· Menyiapkan uap air untuk membantu pernapasan .
     Terapi membantu mengeluarkan sekret dan melegahkan tenggorokan.
·         Bantu dengan membuat tracheatomy
Terapi untuk membantu pernapasan bila ada obstraksi karena edema atau perdarahan.
b.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pita suara / saraf laring, odema jaringan dan nyeri.
Tujuan:
·         Menggunakan cara berkomunikasi alternatif selama 48 jam operasi
·         Dapat berkomunikasi verbal tampa perubahan suara
Intervensi :
·        Kaji kemampuan berbicara anjurkan untuk istirahat berbicara.
Terapi Parau dan luka pada tenggorokan menyebabkan pembekakan jaringan atau kerusakan area operasi yang menyebabkan kerusakan saraf laring.
·        Menjaga komunikasi singkat dengan jawaban atas pertanyaan ya / tidak
Terapi mengurangi tuntutan terhadap respon jangan terlalu mengeluarkan suara
·        Antisipasi diperlukan mungkin frekwensi bertemu pasien.
Terapi mengurangi keinginan atau kebutuhan pasien untuk berbicara
·        Anjurkan pasien untuk membatasi bersuara bila ingin memanggil dengan menekan bel.
Terapi mencegah ketegangan suara.
·         Memelihara keadaan lingkungan.
Terapi lingkungan yang tenang mempelancar komunikasi tampa mengeluarkan suara yang keras.
c.       Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka operasi
Tujuan:
·      Mengungkapkan perasaan nyaman dan tidak nyeri.
·      Expresi wajah dan tubuh tampak rileks.
Intervensi
·        Kaji keluhan verbal / non verbal dari nyeri dengan skala (1–10) kehebatan dan lamanya.
Terapi memudahkan evaluasi nyeri dan menentukan intervensi dan pengobatan yang efektif.
·         Mengatur posisi semi fowler, suprot kepala / leher dengan bantal.
Terapi cegah hyperekstensi leher dan melindungi keutuhan luka operasi.
·         Memberikan cairan dingin lewat mulut dan memberikan makan lunak seperti es crim.
Terapi menyejukan luka ditenggorokan dan mengurangi rasa sakit.
·         Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
Terapi membantu mengurangi nyeri.
·         Kolaborasi untuk pemerian analgesik sesuai dosis terapi.
Terapi memblok nyeri yang timbul

2.3. Tiroiditis
2.3.1. Pengertian
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis di tandai oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid. (Brunner dan Suddart, 1314: 2001)

2.3.2. Etiologi
Pada umumnya etiologi atau penyebab tiroiditis berbesa-beda. Ada tiroiditis yang di sebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, streptococcus hemolitik, Pneumococcus serta virus.(Waspadji, 762: 1999)

            2.3.3. Tanda dan Gejala
Pada penderita tiroiditis tanda dan gejala yang timbul pada umumnya adalah:
1. Menurut Brunner dan Suddart
- Nyeri
- Pembengkakan pada leher bagian anterior
- Panas
- Disfagia atau kesulitan menelan makanan.
- Disfonia atau suara yang terdengar parau / serak atau gangguan suara yang lain.
2. Menurut Waspadji, 762: 1999
- Nyeri bagian leher daerah anterior menjalar ketelinga
- Demam
- Malaise
- Takikardia
- Tremor, gelisah
- Berkeringat
- Serta gejala-gejala hipertiroidisme

2.3.4. Patofisiologi
Timbulnya tiroiditis adalah karena kuman atau virus yang masuk kedalam tubuh. Virus atau bakteri tersebut akan menyerang anggota tubuh salah satunya adalah kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang di serang terus meneus akan mengeluarkan reaksi peradangan pada kelenjar tiroid atau tiroiditis. Reaksi peradangan tersebut akan mengakibatkan disfungsi kelenjar tiroid sehingga mengakibatkan hipotiroidisme, hipotiroidisme maupun terjadinya infeksi, infeksi tersebut akan terjadi abses sehingga menimbulkan rasa nyeri, disfagia, disfonia.

2.3.5. Klasifikasi
Ada beberapa tipe tiroiditis dan telah di kenal klasifikasi yang paling sederhana diantara klasifikasi tersebut adalah pembagian tiroiditis menjadi:
1. Tiroiditis Akut.
Tiroiditis akut merupakan troiditis yang di sebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid. Nama lain dari tiroiditis akut adalah infective thiroiditis.
2. Tiroiditis Sub Akut.
Tiroiditis sub akut merupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang kemungkinan besar si sebabkan oleh infeksi virus. Tiroiditis sub akut sering terjadi setelah infeksi respiratorius. Nama lain dari tiroiditis sub akut adalah tiroiditis De Quervain dengan banyak sinonim antara lain non infectious thiroiditis garanulomatous, gient cell thiroiditis.
3. Tiroiditis Kronis
Tiroiditis Kronis atau tiroiditis hashimoto merupakan tiroiditis autoimun. Nama lainnya adalah struma limfoma tosa, tiroiditis autoimun. Yang terserang penyakit ini terutama wanita berumur 30-50 tahun.

2.3.6.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya Laju Endap Darah (LED) yang meninggi
2. Biopsi
3. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tiroid yang membesar, nyeri tekan biasanya di sertai takikardia berkeringat, demam, tremor dan tanda-tanda lain hipertiroidisme.

2.3.7. Penatalaksanan
1. Tiroiditis Akut
Tanpa pengobatan tiroiditis dapat menjadi hebat yaitu dengan terbentuknya abses yang kemudian pecah. Kadang-kadang ada juga yang sembuh spontan.
Pengobatan utamanya ialah pengobatan antibiotik. Kokus gram positif bisa dapat di atasi dengan penisillin atau drivat-drivatnya, tetrasiklin atau kloramfenikol. Kadang-kadang abses. Kalau jelas abses ini menyangkut satu lobus, perlu lobektomi (dengan lindungan antibiotik). Bila infeksi ini sudah menyebar dan mencapai jaringan sekitarnya perlu insisi dan drainage.

2. Tioriditis Sub Akut
Secara umum, preparat anti inflamasi non steroid (NSAID) di gunakan untuk mengurangi rasa sakit pada leher. Penggunaan asam asetilsalisalat (aspirin) perlu di hindari bila gejala hipertiroidisme timbul karena aspirin akan mengusir hormontoroid dari tempat pengikatnya hingga meningkatkan jumlah hormon tersebut di dalam darah.
Preparat penyekat beta di gunakan untuk mengendalikan gejala hipertiroidisme. Preparat anti tiroid yang akan menyekat sintesis T3 dan T4 tidak efektif untuk mengobati tiroiditis karena tirotok sikosis yang menyertai keadaan ini terjadi akibat peningkatan sintesisnya.
Selain itu asetasol di berikan untuk mengurangi rasa nyeri pada keaadan berat di berikan glukokortikoid misal prednison dengan dosis awal 50 mg/hari. Respon terapiutik biasanya tampak sesudah 24 jam. Selanjutnya dosis di turunkan tahap 1-4 minggi, kemudian di hentikan.

3. Tiroiditis Kronis (Tiroiditis Hashimoto)
Biasanya tidak di perlukan pengobatan karena strumannya kecil dan asimtomatik. Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkn di perlukan tindakln pengangkatan. Tetapi operasi imi sebaiknya di tunda karena kelenjar tiroid tersebut dapat mengecil sejalan dengan waktu.
Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifiatas kelenjar tiroid dan produksi tiroglobulin. Tiroksi dapat di berikan pada keadaan hipotiroidisme. Bila terjadi hipertirpoidisme dapat di berikan obat anti tiroid.

2.3.8. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
2. Kaji keluhan utama
3. Kaji adanya tremor
4. Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid
5. Takikardia
6. Anoreksia
7. Kaji adanya penurunan BB
8. Kaji adanya kelelahan fisik

II Diagnosa dan intervensi
a.       Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi metabolisme.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitan dan kemandirian.
Intervensi :
- Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkanistirahat dan latihan yang dapat di tolerir.
- Bentuk aktivitas perawatan mandiri ketika pasen dalam keadaan lelah.
- Berikan stimulasi melalui percakapan aktivitas yang tidak dapat menimbulkan stres.
- Pantau respon pasien.
b.      Ansietas berhubngan dengan krisis
Tujuan : Tidak terjadi ansietas setelah di lakukan tindakan keperawatan.
Intervensi : - Kaji tentang ansietas
- Kaji keterampilan koping
- Berikan penjelasan tentang p[roses penyakit dan pengobatannya
- Berikan kesempatan pada pasien.
c.       Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya infeksi.
Tujuan : Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dan berat badan pasien kembali seperti semula.
Intervensi :
            - Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan makanan yang lunak
- Pantau masukan/cairan setiap hari
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
- Berikan makanan yang di sukai pasien tetapi tidak bertentangan dengan diet.
- Kolaborasi medis pemberian vitamin.
d.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi
Tujuan : Tidak terjadi nyerisetelah di lakukan tindakan keperawatan
Intervensi : - Kaji skala nyeri (PQRST)
- Beri posisi yang nyaman
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Alihkan perhatian pasien
- Berikan periode istirahat yang nyaman dan terencana
- Kolaborasi medis tentang pemberian analgetik
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara.
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk tidak berbicara terus menerus
- Pertahankan komunikasi yang sederhana beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya atau tidak”
- Berikan metode komunikasi alternatif seperti papan tulis, kertas, dll
- Pertahankan lingkungan yang tenang

2.4. Goiter
2.4.1. Pengertian
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.

2.4.2. Etiologi
  • Defisensi Yodium
  • Peningkatan sekresi hormon tirotropik kelenjar pituitari dalam responnyaterhadap penurunan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi.
  • Proses infiltratif yang dapat berupa radang atau neoplastik.
  • Goiter kongensial : pemberian obat-obat anti tiroid atau yodium selamakehamilan untuk pengobatan tirotoksikosik.
  • Tiroiditis rumfositik
  • Pemberian lithium karbonal dan gotor darum
  • Rangsangan Goitrogenik ringan berlangsung lama.

2.4.3. Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar – kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.

2.4.4. Manifestasi Klinis
Gejala utama :
1.      Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
2.      Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3.      Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
4.      Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5.      Suara serak.
6.      Distensi vena leher.
7.      Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8.      Kelainan fisik (asimetris leher)
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
1.      Tingkat peningkatan denyut nadi
2.      Detak jantung cepat
3.      Diare, mual, muntah
4.      Berkeringat tanpa latihan
5.      Goncangan
6.      Agitasi

2.4.5. Pemeriksaan Diagnostik
  • Pengukuran T3dan T4 sorum.
  • ST Scan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat medulanya.
  • Sidik ultra saaoud untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik padamodula tiroid.
  • Foto pulas leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeserantrakea dan eso fagus.
  • Eso fagogran untuk menunjukan goiter sebagai penyebab dispalgia
2.4.6.   Pencegahan
- Penggunaan yodium yang cukup
- Pada ibu hamil dilanjutkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko
untuk ketergantungan goiter kongenital.

2.4.7.   Pengobatan
Penekanan TSH oleh oleh hormon tiroid ( 100-2009 levothyrorino ) ( L-thyroxine

2.4.8. Asuhan Keperawatan
I.      Pengkajian
  • Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
  • Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).
  • Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.
  • Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi
  • Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
  • Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
  • Nyeri/kenyamanan
    Gejala : nyeri orbital/fothopobia
  • Pernafasan
    Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan.
  • Keamanan
    Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
  • Seksualitas
    Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.
  • Penyuluhan/pembelajaran
    Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras

II.      Diagnosa dan Intervensi
a. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
Rencana tindakan :
1.            Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.

b. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adnaya penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.

c. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu, adanya pembesaran pada leher.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat baik oleh petugas kesehatan maupun keluarga.

2.5.  Kanker Tiroid

2.5.1.  Definisi

Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

2.5.2. Etiologi

Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

2.5.3. Patofisiologi

Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma. Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
  1. Karsinoma papilaris
Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
  1. Karsinoma folikuler
Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak hanya secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru dan tulang.
  1. Karsinoma meduler
Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel prekursornya, maka tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat, tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini. Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan organ-organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini. Perkembangan dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin serum
  1. Karsinoma anaplastik
Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi buruk. Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.

2.5.4. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
B. Radiologis
1.    Foto X-Ray
               Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
2.    Ultrasound
               Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.
3.    Computerized Tomografi
            CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4.    Scintisgrafi
               Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
C.  Biopsiaspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

 

 

2.5.5. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

  1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
  2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
    1. Pola makan
    2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
    3. Pola aktivitas.
  3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
  4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
    1. Sistem pulmonari
    2. Sistem pencernaan
    3. Sistem kardiovaskuler
    4. Sistem muskuloskeletal
    5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
    6. Sistem reproduksi
    7. Metabolik
  5. Pemeriksaan fisik mencakup
    1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
    2. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
    3. Parastesia dan reflek tendon menurun
    4. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
    5. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
  6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
  7. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme

II. Diagnosa dan Intervensi

a.       Nyeri
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Adanya desakan / pembengkakan oleh nodule tumor
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Adanya keluhan nyeri daerah leher, bisa menyebar ke daerah orbital.
      2. Skala nyeri 0 – 10
      3. Tampak menahan nyeri
      4. Adanya nyeri telan dan kesulitan menelan
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Melaporkan nyeri hilang / berkurang
      2. Skala nyeri 0-2
      3. Tampak relax
      4. Tak ada keluhan menelan
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
      2. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
      3. Kolaborasi pemberian analgetik
  1. Bersihan jalan nafas tak efektif
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Obstruksi trachea akibat desakan massa tumor
      2. Spasme Laringeal
      3. Penumpukan sekret
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Kesulitan bernafas
      2. Kesulitan mengeluarkan secret
      3. Mengeluh sesak nafas
      4. Respirasi diatas normal
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Tidak ada kesulitan pernafasan
      2. Secret mudah keluar
      3. Tidak mengeluh sesak nafas
      4. Respirasi dalam batas normal (16-20)
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
      2. Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
      3. Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
      4. Perhatikan kualitas pernafasan
      5. Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
      6. Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan dengan hati-hati sesuai indikasi
      7. Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
  2. Kerusakan Komunikasi Verbal
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Cedera Pita suara
      2. Kerusakan saraf laryngeal
      3. Edema jaringan
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Bicara parau / tidak dapat berbicara
      2. Kerusakan artikulasi
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji fungsi bicara secara periodic
      2. Pertahankan komunikasi sederhana
      3. Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai
      4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin
Untuk Diagnosa yang lain seperti pada kasus Hipotiroidisme atau Hipertiroidisme

2.5.6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dengan cara :
  1. Therapi Radiasi (Chemotherapi)
  2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun seluruhnya (Tiroidectomi Total)
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi
  1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
    1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita
    2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
    3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
    4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
    5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
    6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
  2. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
  1. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
    1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
    2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
    3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
    4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
    5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum

















BAB III
PENUTUP


3.1. Simpulan
           
Gangguan pada kelenjar tiroid diantaranya hipotiroidisme, hipertiroid, tiroiditis, goiter, dan Ca tiroid dapat mempengaruhi produk kelenjar yang dihasilkan yang dapat memepengaruhi fisiologis tubuh dan timbul berbagai manifestasi klinis yang berbeda sesuai dengan bagian yang mengalami gangguan. Gangguan tiroid ini memerlukan asuhan keperawatan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul.




















DAFTAR PUSTAKA

Guyton,Arthur C.1995.Fisiologi Manusia Edisi 3.Jakarta: BukuKedokteran EGC.
Waspadji , 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, FKUI : Jakarta
www.scribed.com
www.wikipedia.com
Share this post :

+ komentar + 2 komentar

3 Februari 2019 pukul 00.40

JUTAWAN HERBS, ada penawar untuk anda sembuh daripada pelbagai penyakit kanser yang telah Terbukti berkesan dan turut dipercayai pesakit2 kanser di seluruh malaysia dan luar negara. Menjadi produk yang wajib dibawa ke mana sahaja, Produk keluaran JUTAWAN HERBS adalah pengeluar produk yang berpengalaman mengubati pelbagai penyakit kanser. Kami memiliki testimoni daripada pesakit2 kanser yang telah sembuh /bebas kanser yang disahkan oleh doktor sendiri. Adakah anda @ orang yang tersayang serta rakan2 anda sedang bertarung dengan dengan kanser ketika ini? Ya! Anda telah buat pilihan yang tepat kerana memilih JUTAWAN HERBS! Dapatkan segera produk kami Anda akan kami 'invite' ke WhatsApp Group kami yang terdiri daripada pesakit2 kanser. Ramai yang gerun dengan rawatan Kimoterapi, dengan Group WhatSApp kami,anda boleh mendengar sendiri perkongsian daripada ahli group yang tetap kuat, dan bertenaga menjalani kehidupan seharian dengan sokongan Jus keluaran JUTAWAN HERBS ini. Marilah bersama2 mengumpul semangat juang bersama pesakit kanser yg lain. Jangan terus buang masa, kita tak akan sembuh dengan hanya menunggu tanpa usaha dan keyakinan, kita yang perlu mencari penawar untuk sembuh, kita berhak memilih untuk sembuh! Kita berhak memilih hanya yang terbaik!! 017 468 7570 EN MOHD ZUHAIRI BIN NOORDIN PENGASAS DAN PEMILIK JUTAWAN HERBS WhatsApp sekarang….

3 Februari 2019 pukul 00.40

Layari laman web jusinfiniti.blogspot.my utk testimoni dan jika mahu lebih banyak lagi jadi lah ahli grup psakit2 saya anda akan bertemu lebih banyak pesakit2 yang telah sembuh dan juga pesakit2 yang masih sedang berjuang melawan kanser

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sweet Heart... - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger