PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kelenjar
tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiridepan trakea, mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang
mempunyai efek nyata pada kecepatan
metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresi kalsitonin, suatu hormon yang
penting untuk metabolisme kalsiu. Sekresitiroid terutama diatur oleh hormon
perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Hormon yang
paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalahtiroksin, Akan tetapi, juga disekresi triiodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi
kedua hormonini secara kualitatif sama,
tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja.
Jika terjadi gangguan
pada kelenjar tiroid ini dapat menimbulkan kekurangan atau kelebihan produk
yang dihasilkan yang akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti
penyakit) sehingga dapat menggagu pertumbuhan dan perkembangan serta proses
metabolisme tubuh. Dengan demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal
tersebut agar dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat
mengetahui asuhan keperawatan apa saja yang dapat diberikan utuk klien dengan
gangguan kelenjar tiroid tersebut.
1.2.
Pembatasan
Masalah
Dalam penyusunan
maklah ini, penyusun membatasi masalah yang akan dibahas yaitu mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar tiroid.
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah KMB II.
Selain itu dengan disusunnya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
bagi penyusun dan umumya bagi pambaca.
1.4.
Metode
Pengumpulan Data
Adapun metode
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka dan
penelusuran dalam situs internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Hipotiroidisme
2.1.1. Pengertian
Hipotiroidisme
adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid
oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar
tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid
yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidism terjadi akibat penurunan
kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
2.1.2. Etiologi
Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative
oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi
akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif
baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme
1. Penyakit Hashimoto, juga disebut
tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan
kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis
otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan geneti untuk
mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada
tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah
pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme
akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar
tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi
aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang
tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam
makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
4. Kekurangan yodium jangka panjang
merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan
ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa
anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan
risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan
hiperplasia sel tiroid.
2.1.3. Gambaran Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir,
dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung,
pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit,
terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme,
penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari
saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi
reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta
rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis
kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar
tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan
fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks.
Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut
tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan
perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
Pemeriksaan
rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
2.1.5. Komplikasi dan penatalaksanaan
Koma
miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan
secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak
disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang
dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita.
Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
2.1.6. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
pola makan, pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur), dan pola
aktivitas.
3.
Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup
gangguan pada berbagai sistem tubuh: Sistem pulmonary, sistem pencernaan, sistem
kardiovaslkuler, sistem musculoskeletal, sistem neurologik dan Emosi/psikologis,
sistem reproduksi dan metabolik
5.
Pemeriksaart fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah
klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong
serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin
dan pucat.
b.
Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
c.
Perbesaran jantung
d.
Disritmia dan hipotensi
e.
Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Pengkajian psikososial klien sangat
sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan
mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri
7. Pemeriksaan penunjang mencakup;
pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan
hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang
sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
II. Diagnosa dan Intervensi
1). Intoleran aktivitas berhubungan
dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas dan kemandirian
Intervensi
a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk
meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil
memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b. Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada
pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c. Berikan stimulasi melalui percakapan
dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional
: Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Pantau respons pasien terhadap
peningkatan aktititas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
atau kurang.
2). Perubahan suhu tubuh
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang
normal
Intervensi
a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau
tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b. Pantau suhu tubuh pasien dan
melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional
: Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
c. Lindungi terhadap pajanan hawa.
dingin dan hembusan angin.
Rasional
: Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan
panas.
3). Konstipasi berhubungan dengan
penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang
normal.
Intervensi
a. Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional
: Meminimalkan kehilangan panas
b. Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional
: Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c. Dorong klien untuk meningkatkan
mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional
: Meningkatkan evakuasi feses
d. Kolaborasi : untuk pemberian obat
pecahar dan enema bila diperlukan.
Rasional
: Untuk mengencerkan fees.
4). Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi
Tujuan: Perbaikan status respiratorius
dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola
pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil
pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi.
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan
batuk
Rasional
: Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c. Pelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas
artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi
pernapasan
5). Perubahan pola berpikir berhubungan
dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta
pernapasan.
Tujuan: Perbaikan proses berpikir.
Intervensi
a. Orientasikan pasien terhadap waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b. Berikan stimulasi lewat percakapan
dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
Rasional
: Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses
penyakit . .
Rasional : Meyakinkan pasien dan
keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif
dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat
6). Miksedema dan koma miksedema
Tujuan: Tidak ada komplikasi.
Intervensi
a. Pantau pasien akan; adanya
peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
1) Penurunan tingkat kesadaran ;
demensia
2) Penurunan tanda-tanda vital (tekanan
darah, frekuensi
3) pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)
4) Peningkatan kesulitan dalam
membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika
tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan
seluruh sistem tubuh
b. Dukung dengan ventilasi jika terjadi
depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional : Dukungan ventilasi diperlukan
untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c. Berikan obat (misalnya, hormon
tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional : Metabolisme yang lambat dan
aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat
pemberian tiroksin
d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien
dengan interval waktu tertentu.
Rasional : Meminimalkan resiko yang
berkaitan dengan imobilitas.
e. Hindari penggunaan obat-obat golongan
hipnotik, sedatif dan analgetik.
Rasional : Perubahan pada metabolisme
obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.
2.2. Hipertiroidisme
2.2.1. Pengertian
Hipertiroidisme adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh
peningkatan produksi hormon tiroid yang disebabkan karena autoninun pada
penyakit graves, virus, hiperplansia, genetik, neoplastik, atau karena penyakit
sistim akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti
operasi, infeksi, trauma, atau penyakit akut kardiovaskuler.
2.2.2. Patofisiologi
Hiperplansia kelenjar tiroid disebabkan oleh
meningkatnya produksi hormon tiroid, hormon tersebut merangsang mitokondria
yang meningkatnya energi untuk aktifitas sel dan produksi panas. Hal ini
menimbulkan terjadinya peningkatan metabolisme, peningkatan pemenuhan
persediaan lemak dan meningkatnya nafsu makan serta pemasukan makanan, akibatnya curah jantung meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat dan vasadilatasi perifer
yang akan meningkatkan produksi panas. Dalam sistim neurovasculer keadaan
fiperaktif ini, akan menekan reflkes, dan kondisi kecamasan akan meningkatkan
aktifitas saluran pencernaan. Hipartiroid dapat disebabkan karena peradangan,
penyinaran tiroid atau adanya kerusakan jaringan tiroid oleh tumor.
2.2.3. Manisfestasi
Klinik
Dalam keadaan ringan ditandai dengan sakit yang
serius dan akan hilang dengan spontan
dalam beberapa bulan / tahun. Bila tidak diobati pasien akan menjadi kurus,
gelisa dan delirium, disorientasi dan akhirnya menjadi gagal jantung gejala
yang paling sering timbul pada saat permulaan adalah : Gelisah, hiperaktif,
lekas marah, kuatir, tak dapat duduk dengan tenang, denyut jantung cepat saat
istirahat maupun beraktifitas, tidak tahan panas, banyak berkiringat dengan
ciri kulit berwarna salun, hangat dan lembab, termor pada tangan serta
eksoptalmus. Gejala lain yang timbul adalah meningkatnya nafsu makan,
kehilangan berat badan secara dratis, otot lemah, amenorea, dan gangguan pola
BAB, diare atau konstipasi.
2.4.4. Penatalaksanaan
Tiroidektomi adalh operasi mengangkat sebagian atau
semua sel tiroid, tindakan ini dilakukan untuk merangsang kelenjar tiroid yang
membesar dan menekan struktur jaringan disekitarnya. Biasanya dilakukan pada
pasien yang tidak berespon terhadap antibiotika atau pasien yang alergi
terhadap obat obatan anti tiroid dan pada pada wanita hamil.
2.2.5.
Asuhan Keperawatan
I.
Pengkajian
a.
Data
Subjektif
·
Neurologi
: Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot, sangat lemah .
Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.
·
Saluran
pencernaan : Kehilangan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare, mual, sakit
perut, tidak ada nafsu makan, sakit perut hebat.
·
Metabolik
: Banyak keringat, peka terhadap panas, meningkatnya toleransi terhadap rasa
dingin.
·
Seksual
/ Reproduksi : Oligomenorea, amenore libido menurun, menurunnya kesuburan.
b.
Data
Objektif
·
Neurologi
: Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles tendon dalam dan
cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl delirium dan koma.
·
Mata
: Mata besar dan menonjol keluar, edema periorbital, termo kelopa mata, lemah
atau kelumpuhan otot ekstrakuler
·
Kardiovasculer
: Nadi cepat dan tak teratur, tekanan nadi kuat, edema, mur mur sistolik
jantung banyak keringat, tahikardiat atrial febrilasi, nadi lemah hipotensi.
·
Pernapasan
: Dispnea, frekwensi pernapasan meningkat dan dalam, edema pulmonal.
·
Saluran
pencernaan : Berat badan menurun diare, bising usus hiperaktif, muntah terus
menerus hepatomegali.
·
Metabolik
: Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit arteri kalenjar tiroid.
·
Kulit
: Kulit lembut, hangat dan lembab, berkeringat kemerahan, hiperpigmentasi,
rambut tipis.
·
Seksual
/ Reproduksi : Ginekomastia.
c.
Data
Laboratorium
Peningkatan T3 dan T4,
TSH menurun.
II.
Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi
a. Perubahan proses
berpikir berhubungan dengan peningkatan stimulasi sistim sarat simpatetik oleh kadar
hormon tiroid yang tinggi.
Tujuan :
Pasien
dapat berorentasi penuh, dapat merespon dengan tepat terhadap situasi dan
orang, dapat menggunakan tekni untuk mengurangi stres.
Intervensi :
·
Kaji
tingkat kesadaran, orentasi, efek dan persepsi tiap 4 – 8 jam, informasi
perubahan perubahan yang negatif.
·
Diskusikan
perasaan dan respon terhadap situasi serta beri dukungan yang tepat.
·
Ciptakan
ketenangan lingkungan ( Tidak bising, batasi pengunjung mencegah situasi
emosional ).
·
Rencanakan
dan jelaskan asuhan dengan jelas dan tepat.
·
Antisipasi
kebutuhan untuk mencegah reaksi heperaktif.
·
Informasikan
kepada pasien tentang aktifitas apa saja yang dibatasi.
·
Anjurkan
tekni mengurangi stres dan informasikan kapan penggunaannya.
·
Orentasikan
pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam, kalender, gambar keluarga ).
b.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat meningkatnya metabolisme.
Tujuan :
Seluruh aktifitas dapat dilaksanakan sedikit / tampa
bantuan.
Intervensi :
·
Kaji
tanda vital tanda fital dan tingkat aktifitas
·
Batasi
tingkat aktifitas pasien sesuai toleransi
·
Atur
waktu istirahan yang cukup.
·
Jangan
lanjutkan aktifitas bila ada tanda tidak toleransi misalnya dispnea takikardi
atau kelelahan.
·
Bantau
pasien untuk beraktifitas bila tidak dapat melakukan sendiri karena tremor atau
kelemahan.
·
Rencanakan
aktifitas sehari hari dan pola tidurnya.
c.
Gangguan
pola tidur berhubungan agitasi akibat peningkatan metabolisme.
Tujuan :
Pasien mempunyai pola tidur yang normal dan pasien
mengungkapkan rasa puas beristirahat.
Intervensi :
·
Kaji
pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini
·
Tanyakan
bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air hangat, gosok punggung
dengar musik dll ).
·
Diskusikan
bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni relaksasi.
·
Bantu
pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur, kurangi aktifitas
yang merangsang sebelum tidur.
·
Usahakan
lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya lampu, tutup pintu
ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.
·
Hindari
gangguan selama tidur
·
Bila
mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada siang dan sore hari.
·
Kaji
aktifitas tidur .
d. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare, mual, sakit perut.
Tujuan :
Pemasukan dan
pengeluaran seimbang berat badan meningkat menjadi normal
Intervensi :
·
Pantau
pemasukan diet untum menambah kalori Karbohidrat dan Vit. B
·
Makan
porsi kecil dan sering sesuai kebutuhan kalori pasien.
·
Konsultasi
makanan yang dibutuhkan pasien.
·
Hindari
minuman yang merangsang seperti kopi, teh, cola atau yang dapat meningkatkan
peristatik usus.
·
Masukan
cairan 2 – 3 liter / sehari, hindari
juce yang menyebabkan diare.
·
Timbang
berat badan setiap hari.
·
Kaji efektifitas pengobatan untuk mual dan sakit
perut.
2.2.6.
Asuhan Keperawatan Tiroidektomi
I.
Pengkajian
Sebelum
Operasi :
a.
Data subyektif :
·
Kwalitas
suara dan kemampuan menelan mengalami perubahan.
·
Pengertian
tentang penjelasan dokter mengenai prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.
·
Pengertian
tentang bagaimana mencegah ketegangan luka sayatan.
·
Penertian
tentang tidak boleh berbicara pada periode sesudah operasi untuk mencegah
edema.
·
Pengertian
tentang cara berkomunikasi sesudah operasi ( Sediakan buku catatatan pasien )
·
Penertian
tentang cara mengatasi rasa sakit dan penggunaan ukuran skala sakit.
b.
Data
Objektif :
·
Tanda
vital
·
Perubahan
kwalitas suara dan kemampuan menelan
Sesudah
operasi
a.
Data
subjektif
·
Gejala
hipokalsemia : Mati rasa, perasaan geli,
kekakuan otot, spasme dan tetanus
·
Luka
sayatan sakit dan bengkak, perdarahan.
·
Jalan
napas merasa sesak susah menelan dan otot leher terasa tertarik.
b.
Data
objektif
·
Suara
parau.
·
Perubahan
pada tekanan dan puncak suara.
·
Hipokalsemia.
·
Luka
sayatan waran kemarahan, tanda tanda peradangan, bengkak, perdarahan.
·
Jalan
napas : Pernapasan stedor, retroksi otot lehen dan sianosis.
II.
Diagnosa
Keperawatan.
Sebelum Operasi :
a.
Potensial perubahan pengurangan cardiak output
berhubungan dengan peningkatan
metabolisme dan peningkatan kerja jantung.
Tujuan :
·
Kerbutuhan
cardiak output terpenuhi sesuai kebuthan tubuh.
·
Kerja
jantung normal.
Intervensi
·
Memberikan
ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya kegelisahan / stres.
·
Terapi : ketegangan dari luar dapat meningkatkan
metabolisme dan kerja jantung.
·
Meningkatkan
intake makanan dengan memberi makanan sesering mungkin walaupun sedikit
sedikit.
·
Terapi
: untuk memenuhi kebutuhan kalori dan mencegah kekurangan glycogen.
·
Membatasi
makanan atau minuman yang mengandung kafein.
·
Terapi
: efek dari kafein menyebabkan peningkatan metabolisme.
Sesudah Operasi.
a.
Potensial
tidak efektifnya pembersihan jalan napas berhubungan dengan perdarahan dan
edema laring.
Tujuan :
·
Pernapasan
dan suara napas dalan batas normal.
·
Tidak
ada perdaran pada luka operasi.
Intervensi
·
Monitor
irama pernapasan kedalan dan kerja penapasan.
Terapi pernapasan
terlihat cepat menyebabkan susah napas karena terjadi obstruksi.
·
Auskultasi
bunyi napas apakah tidak terjadi ronchi.
·
Terapi
ronchi merupakan indikasi obstruksi jalan napas.
·
Perkirakan
adanya dyspnea, stridor, crowing dan syanosis.
Terapi indikasi
obstruksi trakhea / spasme laring, diperlukan interfensi dan efaluasi yang
cepat.
·
Mengatur
posisi tidur 30 – 40 derjat.
Terapi fasilitas
pernapasan batas edema area pembedahan dan kemungkinan pengumpulan sekret
kembali tenggorokan.
·
Mengatur
posisi latihan napas dalam bila adanya batuk.
Terapi mengatur
membersihkan jalan napas dan fentilasi, walaupun batuk tampak timbulnya nyeri
tetapi mengeluarkan sekret.
·
Section
mulut dan trakhea indikasi kareteristik sputum.
Terapi melancarkan
jalan napas.
·
Menyakan
kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur dalam mulut
Terapi indikasi adanya edema /
perdarahan pada jaringan tempat operasi.
·
Menyiapkan
uap air untuk membantu pernapasan .
Terapi membantu mengeluarkan sekret dan
melegahkan tenggorokan.
·
Bantu
dengan membuat tracheatomy
Terapi untuk membantu
pernapasan bila ada obstraksi karena edema atau perdarahan.
b.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan pita suara / saraf laring, odema jaringan dan nyeri.
Tujuan:
·
Menggunakan
cara berkomunikasi alternatif selama 48 jam operasi
·
Dapat
berkomunikasi verbal tampa perubahan suara
Intervensi
:
·
Kaji
kemampuan berbicara anjurkan untuk istirahat berbicara.
Terapi Parau dan luka
pada tenggorokan menyebabkan pembekakan jaringan atau kerusakan area operasi
yang menyebabkan kerusakan saraf laring.
·
Menjaga
komunikasi singkat dengan jawaban atas pertanyaan ya / tidak
Terapi mengurangi
tuntutan terhadap respon jangan terlalu mengeluarkan suara
·
Antisipasi
diperlukan mungkin frekwensi bertemu pasien.
Terapi
mengurangi keinginan atau kebutuhan pasien untuk berbicara
·
Anjurkan
pasien untuk membatasi bersuara bila ingin memanggil dengan menekan bel.
Terapi
mencegah ketegangan suara.
·
Memelihara
keadaan lingkungan.
Terapi
lingkungan yang tenang mempelancar komunikasi tampa mengeluarkan suara yang
keras.
c.
Nyeri
akut berhubungan dengan adanya luka operasi
Tujuan:
·
Mengungkapkan
perasaan nyaman dan tidak nyeri.
·
Expresi
wajah dan tubuh tampak rileks.
Intervensi
·
Kaji
keluhan verbal / non verbal dari nyeri dengan skala (1–10) kehebatan dan lamanya.
Terapi
memudahkan evaluasi nyeri dan menentukan intervensi dan pengobatan yang
efektif.
·
Mengatur
posisi semi fowler, suprot kepala / leher dengan bantal.
Terapi
cegah hyperekstensi leher dan melindungi keutuhan luka operasi.
·
Memberikan
cairan dingin lewat mulut dan memberikan makan lunak seperti es crim.
Terapi
menyejukan luka ditenggorokan dan mengurangi rasa sakit.
·
Anjurkan
pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
Terapi
membantu mengurangi nyeri.
·
Kolaborasi
untuk pemerian analgesik sesuai dosis terapi.
Terapi
memblok nyeri yang timbul
2.3. Tiroiditis
2.3.1.
Pengertian
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini
bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis di tandai
oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid.
(Brunner dan Suddart, 1314: 2001)
2.3.2. Etiologi
Pada umumnya etiologi atau penyebab tiroiditis berbesa-beda.
Ada tiroiditis yang di sebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus,
streptococcus hemolitik, Pneumococcus serta virus.(Waspadji, 762: 1999)
2.3.3. Tanda dan Gejala
Pada penderita tiroiditis tanda dan gejala yang timbul pada
umumnya adalah:
1.
Menurut Brunner dan Suddart
- Nyeri
- Pembengkakan pada leher bagian anterior
- Panas
- Disfagia atau kesulitan menelan makanan.
- Disfonia atau suara yang
terdengar parau / serak atau gangguan suara yang lain.
2.
Menurut Waspadji, 762: 1999
- Nyeri bagian leher daerah anterior menjalar ketelinga
- Demam
- Malaise
- Takikardia
- Tremor, gelisah
- Berkeringat
- Serta gejala-gejala hipertiroidisme
2.3.4. Patofisiologi
Timbulnya tiroiditis adalah karena kuman atau virus yang
masuk kedalam tubuh. Virus atau bakteri tersebut akan menyerang anggota tubuh
salah satunya adalah kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang di serang terus
meneus akan mengeluarkan reaksi peradangan pada kelenjar tiroid atau
tiroiditis. Reaksi peradangan tersebut akan mengakibatkan disfungsi kelenjar
tiroid sehingga mengakibatkan hipotiroidisme, hipotiroidisme maupun terjadinya
infeksi, infeksi tersebut akan terjadi abses sehingga menimbulkan rasa nyeri, disfagia,
disfonia.
2.3.5. Klasifikasi
Ada beberapa tipe tiroiditis dan telah di kenal klasifikasi
yang paling sederhana diantara klasifikasi tersebut adalah pembagian tiroiditis
menjadi:
1.
Tiroiditis Akut.
Tiroiditis akut merupakan troiditis yang di sebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid. Nama
lain dari tiroiditis akut adalah infective thiroiditis.
2. Tiroiditis Sub Akut.
2. Tiroiditis Sub Akut.
Tiroiditis sub akut merupakan kelainan inflamasi pada
kelenjar tiroid yang kemungkinan besar si sebabkan oleh infeksi virus.
Tiroiditis sub akut sering terjadi setelah infeksi respiratorius. Nama lain
dari tiroiditis sub akut adalah tiroiditis De Quervain dengan banyak sinonim
antara lain non infectious thiroiditis garanulomatous, gient cell thiroiditis.
3.
Tiroiditis Kronis
Tiroiditis Kronis atau tiroiditis hashimoto merupakan
tiroiditis autoimun. Nama lainnya adalah struma limfoma tosa, tiroiditis
autoimun. Yang terserang penyakit ini terutama wanita berumur 30-50 tahun.
2.3.6. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan laboratorium
Adanya Laju Endap Darah (LED) yang meninggi
2.
Biopsi
3.
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tiroid yang membesar, nyeri tekan biasanya di
sertai takikardia berkeringat, demam, tremor dan tanda-tanda lain
hipertiroidisme.
2.3.7. Penatalaksanan
1.
Tiroiditis Akut
Tanpa pengobatan tiroiditis dapat menjadi hebat yaitu dengan
terbentuknya abses yang kemudian pecah. Kadang-kadang ada juga yang sembuh
spontan.
Pengobatan utamanya ialah pengobatan antibiotik. Kokus gram
positif bisa dapat di atasi dengan penisillin atau drivat-drivatnya,
tetrasiklin atau kloramfenikol. Kadang-kadang abses. Kalau jelas abses ini
menyangkut satu lobus, perlu lobektomi (dengan lindungan antibiotik). Bila
infeksi ini sudah menyebar dan mencapai jaringan sekitarnya perlu insisi dan
drainage.
2.
Tioriditis Sub Akut
Secara umum, preparat anti inflamasi non steroid (NSAID) di
gunakan untuk mengurangi rasa sakit pada leher. Penggunaan asam asetilsalisalat
(aspirin) perlu di hindari bila gejala hipertiroidisme timbul karena aspirin
akan mengusir hormontoroid dari tempat pengikatnya hingga meningkatkan jumlah
hormon tersebut di dalam darah.
Preparat penyekat beta di gunakan untuk mengendalikan gejala
hipertiroidisme. Preparat anti tiroid yang akan menyekat sintesis T3 dan T4
tidak efektif untuk mengobati tiroiditis karena tirotok sikosis yang menyertai
keadaan ini terjadi akibat peningkatan sintesisnya.
Selain itu asetasol di berikan untuk mengurangi rasa nyeri pada keaadan berat di berikan glukokortikoid misal prednison dengan dosis awal 50 mg/hari. Respon terapiutik biasanya tampak sesudah 24 jam. Selanjutnya dosis di turunkan tahap 1-4 minggi, kemudian di hentikan.
Selain itu asetasol di berikan untuk mengurangi rasa nyeri pada keaadan berat di berikan glukokortikoid misal prednison dengan dosis awal 50 mg/hari. Respon terapiutik biasanya tampak sesudah 24 jam. Selanjutnya dosis di turunkan tahap 1-4 minggi, kemudian di hentikan.
3.
Tiroiditis Kronis (Tiroiditis Hashimoto)
Biasanya tidak di perlukan pengobatan karena strumannya
kecil dan asimtomatik. Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkn di perlukan
tindakln pengangkatan. Tetapi operasi imi sebaiknya di tunda karena kelenjar
tiroid tersebut dapat mengecil sejalan dengan waktu.
Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifiatas kelenjar tiroid dan produksi tiroglobulin. Tiroksi dapat di berikan pada keadaan hipotiroidisme. Bila terjadi hipertirpoidisme dapat di berikan obat anti tiroid.
Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifiatas kelenjar tiroid dan produksi tiroglobulin. Tiroksi dapat di berikan pada keadaan hipotiroidisme. Bila terjadi hipertirpoidisme dapat di berikan obat anti tiroid.
2.3.8. Asuhan Keperawatan
I.
Pengkajian
1.
Riwayat Penyakit
2.
Kaji keluhan utama
3.
Kaji adanya tremor
4.
Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid
5.
Takikardia
6.
Anoreksia
7.
Kaji adanya penurunan BB
8.
Kaji adanya kelelahan fisik
II
Diagnosa dan intervensi
a. Dx : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan energi metabolisme.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitan dan
kemandirian.
Intervensi :
- Atur interval waktu antar
aktivitas untuk meningkatkanistirahat dan latihan yang dapat di tolerir.
- Bentuk aktivitas perawatan mandiri
ketika pasen dalam keadaan lelah.
-
Berikan stimulasi melalui percakapan aktivitas yang tidak dapat menimbulkan
stres.
- Pantau respon pasien.
b. Ansietas berhubngan dengan krisis
Tujuan : Tidak terjadi ansietas setelah di lakukan tindakan
keperawatan.
Intervensi : - Kaji tentang ansietas
- Kaji keterampilan koping
- Berikan penjelasan tentang p[roses penyakit dan
pengobatannya
- Berikan kesempatan pada pasien.
c. Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan adanya infeksi.
Tujuan : Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dan berat badan
pasien kembali seperti semula.
Intervensi :
-
Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Berikan makanan yang lunak
- Pantau masukan/cairan setiap hari
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
- Berikan makanan yang di sukai pasien tetapi tidak
bertentangan dengan diet.
- Kolaborasi medis pemberian vitamin.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan infeksi
Tujuan : Tidak terjadi nyerisetelah di lakukan tindakan
keperawatan
Intervensi : - Kaji skala nyeri (PQRST)
- Beri posisi yang nyaman
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Alihkan perhatian pasien
- Berikan periode istirahat yang nyaman dan terencana
- Kolaborasi medis tentang pemberian analgetik
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan
pita suara.
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk tidak berbicara terus menerus
- Pertahankan komunikasi yang
sederhana beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya atau tidak”
- Berikan metode komunikasi alternatif seperti papan tulis,
kertas, dll
- Pertahankan lingkungan yang tenang
2.4. Goiter
2.4.1. Pengertian
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini
dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid
(hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan)
dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.
2.4.2. Etiologi
- Defisensi Yodium
- Peningkatan sekresi hormon tirotropik kelenjar pituitari dalam responnyaterhadap penurunan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi.
- Proses infiltratif yang dapat berupa radang atau neoplastik.
- Goiter kongensial : pemberian obat-obat anti tiroid atau yodium selamakehamilan untuk pengobatan tirotoksikosik.
- Tiroiditis rumfositik
- Pemberian lithium karbonal dan gotor darum
- Rangsangan Goitrogenik ringan berlangsung lama.
2.4.3. Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi
yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat
membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu,
dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat
hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut
thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang
tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar
Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating
hormone (TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH
disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon
thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin
bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine
dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH.
Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan
fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid
oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic
gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil
sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat,
suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan
menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar
hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok.
Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon
tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor
TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap
hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor
memproduksi human chorionic gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam
tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi
hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat
dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila
kadar – kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik
terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi
pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran
kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di
sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan
esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus
dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan
berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan
elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau
parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang
besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan
bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.
2.4.4. Manifestasi Klinis
Gejala utama :
1. Pembengkakan,
mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian
depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
2. Perasaan
sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan
bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
4. Kesulitan
menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara
serak.
6. Distensi
vena leher.
7. Pusing
ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan
fisik (asimetris leher)
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
1. Tingkat
peningkatan denyut nadi
2. Detak
jantung cepat
3. Diare,
mual, muntah
4. Berkeringat
tanpa latihan
5. Goncangan
6. Agitasi
2.4.5. Pemeriksaan Diagnostik
- Pengukuran T3dan T4 sorum.
- ST Scan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat medulanya.
- Sidik ultra saaoud untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik padamodula tiroid.
- Foto pulas leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeserantrakea dan eso fagus.
- Eso fagogran untuk menunjukan goiter sebagai penyebab dispalgia
2.4.6. Pencegahan
- Penggunaan yodium yang cukup
- Pada ibu hamil dilanjutkan
agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko
untuk ketergantungan goiter kongenital.
2.4.7. Pengobatan
Penekanan TSH oleh oleh hormon tiroid ( 100-2009 levothyrorino ) ( L-thyroxine
2.4.8. Asuhan Keperawatan
I.
Pengkajian
- Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas
meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
- Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi
atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan dada
yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis
tirotoksikosis).
- Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah
yang banyak, perubahan dalam faeces.
- Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang
berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria
sedang sampai delirium), depresi
- Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan
mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid,
goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
- Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau,
gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi, gelisa,
peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan,
tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam
(RTD).
- Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia - Pernafasan
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan. - Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus:
retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
- Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi. - Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto dengan zat kontras
II.
Diagnosa dan Intervensi
a. Nafas tidak efektif
berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
Rencana tindakan :
1.
Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi
ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.
b. Perubahan pola nutrisi
berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan
munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada
setiap hari serta laporkan adnaya penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga
beri makanan lunak, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah
dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan
diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
c. Gangguan konsep diri (harga
diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu, adanya
pembesaran pada leher.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien,
tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien sebagai seorang
individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang berbelit-belit.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan
tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.
d. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus
krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok
serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat etrsebut
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi
yang didapat baik oleh petugas kesehatan maupun keluarga.
2.5. Kanker Tiroid
2.5.1. Definisi
Kanker Tiroid adalah sutu keganasan
pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan
meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium
dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan
cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
2.5.2. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan
khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler)
adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor
genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik
dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis
folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid.
Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan
leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun,
tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu
faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
2.5.3. Patofisiologi
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang
diskret. Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat
diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat
karsinoma. Untuk menentukan apakah
nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran
klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif
dibandingkan kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara
scintiscan. nodule akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium
radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid
untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik
biasanya merupakan kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan
tanda klinis jika hanya ada satu nodul yang teraba, keras, tidak dapat
digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Kanker Tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan
suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
- Karsinoma papilaris
Jenis
yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui
saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
- Karsinoma folikuler
Tumor
sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara
progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak
hanya secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap
yodium radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya
seperti paru-paru dan tulang.
- Karsinoma meduler
Sel
asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel
prekursornya, maka tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya
tumor ini tumbuh lambat, tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah
bening local pada stadium dini. Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran
darah ke paru-paru, hati, tulang dan organ-organ tubuh lainnya dan ada
kecenderungan bermetastasis pada stadium dini. Perkembangan dan perjalanan
klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin serum
- Karsinoma anaplastik
Jenis
tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi
buruk. Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke
struktur-struktur disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah
bening dan aliran darah.
2.5.4. Pemeriksaan
penunjang
A. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena
pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker
tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker
tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator
tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
B. Radiologis
1. Foto
X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan
lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena
penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas
di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis
karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan
untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia,
maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada
esophagus.
2. Ultrasound
Ultrasound
diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara
ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang
lebih sederhna dan murah.
3. Computerized
Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk
melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor
ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4. Scintisgrafi
Dengan
menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah
cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
C. Biopsiaspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak
dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah
dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan
jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
meduler.
2.5.5. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
- Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
- Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
- Pola makan
- Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
- Pola aktivitas.
- Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
- Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
- Sistem pulmonari
- Sistem pencernaan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem muskuloskeletal
- Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
- Sistem reproduksi
- Metabolik
- Pemeriksaan fisik mencakup
- Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
- Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
- Parastesia dan reflek tendon menurun
- Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
- Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
- Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
- Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme
II. Diagnosa dan Intervensi
a. Nyeri
- Dapat Dihubungkan dengan :
- Adanya desakan / pembengkakan oleh nodule tumor
- Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Adanya keluhan nyeri daerah leher, bisa menyebar ke daerah orbital.
- Skala nyeri 0 – 10
- Tampak menahan nyeri
- Adanya nyeri telan dan kesulitan menelan
- Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang / berkurang
- Skala nyeri 0-2
- Tampak relax
- Tak ada keluhan menelan
- Intervensi Keperawatan :
- Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
- Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Bersihan jalan nafas tak efektif
- Dapat Dihubungkan dengan :
- Obstruksi trachea akibat desakan massa tumor
- Spasme Laringeal
- Penumpukan sekret
- Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Kesulitan bernafas
- Kesulitan mengeluarkan secret
- Mengeluh sesak nafas
- Respirasi diatas normal
- Hasil yang diharapkan :
- Tidak ada kesulitan pernafasan
- Secret mudah keluar
- Tidak mengeluh sesak nafas
- Respirasi dalam batas normal (16-20)
- Intervensi Keperawatan :
- Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
- Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
- Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
- Perhatikan kualitas pernafasan
- Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
- Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan dengan hati-hati sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
- Kerusakan Komunikasi Verbal
- Dapat Dihubungkan dengan :
- Cedera Pita suara
- Kerusakan saraf laryngeal
- Edema jaringan
- Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Bicara parau / tidak dapat berbicara
- Kerusakan artikulasi
- Hasil yang diharapkan :
- Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami
- Intervensi Keperawatan :
- Kaji fungsi bicara secara periodic
- Pertahankan komunikasi sederhana
- Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai
- Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin
Untuk
Diagnosa yang lain seperti pada kasus Hipotiroidisme atau Hipertiroidisme
2.5.6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
medis dengan cara :
- Therapi Radiasi (Chemotherapi)
- Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun seluruhnya (Tiroidectomi Total)
Peran
perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi
- Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
- Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita
- Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
- Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
- Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
- Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
- Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
- Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya
membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang
oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
- Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
- Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
- Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
- Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
- Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
- Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Gangguan pada kelenjar tiroid diantaranya
hipotiroidisme, hipertiroid, tiroiditis, goiter, dan Ca tiroid dapat
mempengaruhi produk kelenjar yang dihasilkan yang dapat memepengaruhi
fisiologis tubuh dan timbul berbagai manifestasi klinis yang berbeda sesuai
dengan bagian yang mengalami gangguan. Gangguan tiroid ini memerlukan asuhan
keperawatan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,Arthur
C.1995.Fisiologi Manusia Edisi 3.Jakarta: BukuKedokteran EGC.
Waspadji , 1996. Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I, FKUI : Jakarta
www.kapukonline.com
www.scribed.com
www.wikipedia.com
+ komentar + 2 komentar
JUTAWAN HERBS, ada penawar untuk anda sembuh daripada pelbagai penyakit kanser yang telah Terbukti berkesan dan turut dipercayai pesakit2 kanser di seluruh malaysia dan luar negara. Menjadi produk yang wajib dibawa ke mana sahaja, Produk keluaran JUTAWAN HERBS adalah pengeluar produk yang berpengalaman mengubati pelbagai penyakit kanser. Kami memiliki testimoni daripada pesakit2 kanser yang telah sembuh /bebas kanser yang disahkan oleh doktor sendiri. Adakah anda @ orang yang tersayang serta rakan2 anda sedang bertarung dengan dengan kanser ketika ini? Ya! Anda telah buat pilihan yang tepat kerana memilih JUTAWAN HERBS! Dapatkan segera produk kami Anda akan kami 'invite' ke WhatsApp Group kami yang terdiri daripada pesakit2 kanser. Ramai yang gerun dengan rawatan Kimoterapi, dengan Group WhatSApp kami,anda boleh mendengar sendiri perkongsian daripada ahli group yang tetap kuat, dan bertenaga menjalani kehidupan seharian dengan sokongan Jus keluaran JUTAWAN HERBS ini. Marilah bersama2 mengumpul semangat juang bersama pesakit kanser yg lain. Jangan terus buang masa, kita tak akan sembuh dengan hanya menunggu tanpa usaha dan keyakinan, kita yang perlu mencari penawar untuk sembuh, kita berhak memilih untuk sembuh! Kita berhak memilih hanya yang terbaik!! 017 468 7570 EN MOHD ZUHAIRI BIN NOORDIN PENGASAS DAN PEMILIK JUTAWAN HERBS WhatsApp sekarang….
Layari laman web jusinfiniti.blogspot.my utk testimoni dan jika mahu lebih banyak lagi jadi lah ahli grup psakit2 saya anda akan bertemu lebih banyak pesakit2 yang telah sembuh dan juga pesakit2 yang masih sedang berjuang melawan kanser
Posting Komentar